twitterfacebookgoogle plusrss feedemail
Life-ex photo banner-211_zps596e9fc0.jpg

Friday, September 2, 2011

Tak Ada Alasan Untuk Tak Hidup Kudus








Tepatlah bila orang mengatakan kita hidup di zaman yang bengkok. Artinya zaman yang tidak mengindahkan Allah. Tidak sedikit orang yang mengabaikan hidup dalam kekudusan . Namun, tidak berarti kita tidak mungkin hidup kudus. Mempertahankan kekudusan hidup adalah
keharusan. Mengapa? Bagaimana caranya?

Di zaman ini, menjalani hidup yang kudus bisa diberi stempel aneh. Bisa juga dicap orang kuno, tidak mengikuti perkembangan zaman. Bahkan gereja-gereja pun lebih banyak memilih bungkam untuk membicarakannya. Bila diamati hanya sedikit mimbar gereja yang lantang menyuarakan pentingnya kekudusan hidup. Mengapa demikian? Mungkin saja takut jika jemaat kabur. Atau, tak berani bila jemaat pindah ke tempat lain. Maka hidup yang berhasil, kiat sukses justru dikhotbahkan tiada henti. Padahal, kesuksesan sejati mestinya berawal dari kekudusan hidup.

KEBEBASAN TERBELENGGU?


Apa artinya hidup kudus? Dalam bahasa Ibrani, menurut Pdt. Joshua Ong You Liang, Ph.D (72), kata kudus berarti memisahkan diri dari yang kotor/jelek dalam diri untuk hidup bagi Tuhan. Tentang hal ini Allah memberi teladan. Secara khusus Allah telah memisahkan
diri-Nya untuk orang yang percaya kepada-Nya. Karena itu setiap orang yang ingin bertemu Allah kiranya hidup dalam kekudusan terlebih dahulu. Tanpa kekudusan sulit bertemu dengan-Nya. Inilah yang terlihat dari pengalaman Musa pada peristiwa semak belukar yang menyala-nyala (Keluaran 3).


Persoalan yang muncul, orang menganggap hidup dalam kekudusan mengekang kebebasan. Karena merasa kekudusan itu mengekang, lalu memilih untuk hidup tidak kudus. Namun Pdt. Joshua justru melihat dari sisi yang berbeda. “Kebebasan adalah hak istimewa yang Tuhan berikan bagi manusia,” kata Ketua STT Iman Jakarta ini. Hanya saja manusia sering menyalahgunakan kebebasan yang diberikan. Sejatinya, Allah tidak pernah menjadikan manusia seperti robot. Manusia bebas melakukan apa saja. Bila kebebasan dilakukan berpusat pada diri sendiri tentu tidak menyenangkan hati-Nya. Sebaliknya melakukan kebebasan yang berpusat pada kehendak Tuhan jelas hal itu diperkenan-Nya.

Bila dipikirkan dengan jujur, terkadang manusia itu aneh juga. Mengapa dikatakan demikian? Bukankah Allah telah rela memisahkan diri-Nya bagi kita, mengapa kita justru tidak mau memisahkan diri bagi Allah? “Apabila kita rela memisahkan diri bagai Allah, tentu Dia akan memakai hidup kita bagi kemuliaan-Nya,” cetus doktor jebolan Fuller Theological Seminary USA ini.

Terus terang, sukar untuk mengatakan bahwa seseorang mengenal Allah jika ia tidak hidup dalam kekudusan. Artinya, salah satu wujud pengenalan akan Allah tercermin dalam kekudusan hidup yang
dijalani setiap hari. Bukankah seorang anak mempermalukan ayahnya bila ia berlaku sembrono dalam hidup? Kudus adalah sifat dari Allah. Kita pun disebut anak-anak Allah. Nah, bila kita berlaku tidak kudus pantaskah kita memanggil-Nya Bapa? “Mengenal Allah secara pribadi pasti membawa kita memiliki hubungan dengan-Nya. Bila kita punya hubungan yang pribadi pasti kita berusaha menyenangkan hati-Nya,” tegas Pdt. Ferry Frans Simanjuntak, M.A (46).

Adakah hubungan kegiatan agamawi dengan kekudusan hidup? Melakukan kegiatan agamawi merupakan hal yang baik. Namun, kegiatan agamawi bukanlah jaminan bahwa seseorang telah mengenal Tuhan dengan baik. Bisa saja kegiatan tersebut hanya sebatas aktivitas saja. Sebagai
contoh, kita kerap menyaksikan orang-orang yang rajin beribadah namun perilakunya kurang sepadan dengan ibadahnya. Sementara rajin beribadah pada saat yang sama rajin pula berbuat dosa. Selingkuh tiada henti. Korupsi tiada akhir. Mengejar kedudukan tak kenal lelah. Jelas ini sebuah ironi. “Apabila
orang-orang Kristen belaku tidak kudus mereka sama artinya tong kosong yang berbunyi nyaring,” tambah pembantu ketua tiga Sekolah Tinggi Teologi Imanuel Nusantara Jakarta ini.

IBARAT MAKAN TANPA LAUK

Memainkan perilaku hidup kudus bak seorang olahragawan. Anda dapat membayangkan betapa tidak serunya suatu permainan tanpa tantangan. Dalam dunia olahraga tantangan selalu dinanti-nantikan. Bertanding tanpa hambatan ibarat makan tanpa lauk. Bahkan lauk tanpa garam. Tak ada rasanya. Menjalankan hidup yang kudus memang memerlukan tantangan. Itu pula yang disebut Pdt. Ferry Frans Simanjuntak, MA. Menurut MPH PGI wilayah DKI Jakarta ini setidaknya terdapat tiga tantangan dalam menjalani hidup kudus.

Tantangan pertama adalah keinginan daging. Bila seseorang tidak memiliki hubungan pribadi dengan Allah, yang menonjol adalah keinginan daging. Ketika manusia memilih menyenangkan diri sendiri, di sinilah terjadi benturan. Benturan antara keinginan daging dengan kekudusan. Di sini masalahnya, Alkitab katakan roh itu penurut namun daging lemah.

Tantangan kedua adalah lingkungan. Lingkungan yang buruk dapat mengubah kebiasaan yang baik. Bila seseorang bergaul dengan lingkungan buruk sangat besar kemungkinan pengaruh negatif merasuk dalam hidupnya.

Terakhir adalah tantangan kedagingan dan keinginan dunia. Pdt. Simanjuntak menyebut sebagai dosa yang menyebabkan ketagihan. Ya, semacam dosa yang bersifat adiktif. Dosa yang mendorong
seseorang mengulang tindakan yang sama. Misalnya: dosa seks, Narkoba, korupsi, dan sebagainya. Di sekeliling kita dosa-dosa seperti ini sangat menggoda. Dosa-dosa tersebut aksesnya sangat gampang.

Tantangan bagi orang percaya adalah menaklukkan setiap tantangan yang ada. Manusia harus memerangi ketidakkudusan bersama Roh Kudus. “Roh Kudus pasti memberi kita kemampuan ekstra,” tegas hamba Tuhan dari Gereja Protestan Soteria di Indonesia (GPSI) ini. Mengambil contoh
dari kesalehan Ayub, Pdt. Simanjuntak yakin kalau Ayub mampu mempertahankan kekudusan, kita pun pasti bisa. Walau Ayub ditimpa masalah berat, ia tak tergoyahkan.


ZAMAN YANG BENGKOK


Memang perlu diakui bahwa kita hidup di tengah zaman yang mengabaikan arti kekudusan. Mereka tak mau tahu tentang kekudusan. Hati nurani mereka telah hilang kepekaannya. Namun, orang percaya tentu tak perlu menyalahkan lingkungan. Bukan kita yang dipengaruhi lingkungan.
Sebaliknya lingkunganlah yang harus kita pengaruhi. Pasalnya, Pdt. Joshua Ong You Liang mengatakan kalau kita mengasihi Tuhan, kita pasti menjaga hidup seturut firman-Nya. Hidup yang seturut firman-Nya berarti hidup yang kudus di hadapan-Nya. Kasih kepada Tuhan adalah dasar untuk mempertahankan hidup yang kudus.

Di luar sana banyak orang yang mengaku tak mampu hidup dalam kekudusan. Alasannya terlalu banyak godaan. Namun bagi Pdt. Joshua, godaan bukanlah segalanya. “Binalah persekutuan dengan Tuhan setiap saat,” cetus Gembala Jemaat Gereja Santapan Rohani (GSRI) Jakarta ini. Kualitas hubungan dengan Allah menentukan kualitas kekuatan seseorang saat menghadapi godaan. Bila seseorang setia membaca firman Tuhan, bersaat teduh, dan berdoa maka ketidakkudusan tidak mendapat tempat. Namun, tidak ada waktu untuk bersekutu membuat seseorang gampang jatuh dalam perselingkuhan, perceraian, korupsi, berebut kedudukan, dan lain sebagainya. Hal ini dapat
dicek dalam pergaulan kita setiap hari. “Barang siapa yang dekat dengan Allah—bersekutu dengan-Nya, pasti tangguh menghadapi goncangan yang hebat sekalipun,” tandasnya.

(Sumber: Majalah Bahana, Februari 2010)





Tuesday, August 23, 2011

Berprasangka buruk




Apa yang dapat dipetik dari berpikir negatif? Cerita
berikut ini menunjukan bahwa berburuk sangka adalah sebuah tindakan yang bodoh dan merugikan diri sendiri. Seorang
prajurit muda harus pergi berperang ke medan peperangan. Malang baginya, ledakan sebuah bom memutuskan kaki kanannya. Cacat pada kaki membuat prajurit itu kehilangan kepercayaan diri.  Ia
berpikir bahwa pacarnya pasti akan menolak dirinya karena tidak dapat lagi berjalan dengan sempurna. Karena itu dengan sangat terpaksa ia meminta pada sahabatnya untuk memberitahukan pada kekasihnya bahwa ia telah tewas di arena pertempuran.

Setelah kejadian itu, sang pemuda menghadapi hari-hari yang kelam dalam hidupnya dengan
hati yang hancur karena sebetulnya ia masih sangat mencintai kekasihnya itu.

Suatu hari, prajurit itu mendapat berita bahwa mantan kekasihnya akan melangsungkan pernikahan. Perasaannya bercampuraduk karena sang kekasih pada akhirnya menjadi milik orang lain. Ia memutuskan untuk menyaksikan kebahagiaan mantan kekasihnya dihari pernikahannya. Oleh karena itu ia sengaja datang ke acara pernikahan tersebut dan memperhatikan dengan diam-diam wanita itu.

Dan manakala pengantin pria muncul, pemuda itu sangat terperanjat kaget sebab calon suami mantan kekasihnya itu adalah teman seperjuangannya yang kehilangan kedua kakinya.

Pemuda tersebut sangat menyesal mengapa ia dahulu berprasangka buruk dan terburu-buru memutuskan untuk mengundurkan diri karena kakinya buntung satu. Mengapa ia tidak menemui kekasihnya terlebih dahulu? Tetapi semua sudah terlambat, otak negatifnya membawa ia pada penyesalan seumur hidupnya.

Kisah tersebut menegaskan bahwa kita seharusnya memikirkan kemungkinan terbaik dahulu, sebelum memikirkan kemungkinan terburuk. Sebab apa yang terjadi di depan nanti mungkin jauh lebih baik dari apa yang kita pikirkan. (ST)


Monday, August 22, 2011

Merusak Bila Disalahgunakan




















Imanuel Suluh | daku on the corner



Kita pasti setuju, banyak kemudahan yang kita peroleh dari telepon seluler
saat ini, yang dilengkapi dengan berbagai fitur menarik khususnya fasilitas
kamera saku yang mudah digunakan untuk mengambil gambar maupun video untuk
momen penting dimanapun dan kapanpun kita kehendaki. Namun sering kali
kemudahan atau fasilitas itu disalahgunakan. Fasilitas yang seharusnya
digunakan untuk hal-hal yang baik, justru dijadikan sekedar alat untuk “bersenang-senang”
dan mendokumentasikan hal-hal yang tidak baik, tidak mendidik bahkan cenderung
merusak. Contoh kasus yang masih hot
saat ini, masyarakat Bogor digegerkan dengan beredarnya adegan mesum yang
diabadikan melalui telepon genggam. Sebuah video berformat 3gp berdurasi 5
menit 48 detik itu berisi adegan pesta seks yang dilakukan seorang pria dengan
tiga wanita. Bukankah h
al ini justru
merusak dan menghancurkan kemanusiaan
itu sendiri?


Kemudahan itu justru akan merusak moral manusia
jika disalahgunakan seperti halnya contoh di atas. Sebagai insan yang terdidik
juga sebagai Generasi Kudus Bagi Kristus seharusnyalah kita bersikap bijak dalam memanfaatkan kemudahan yang ada
untuk hal-hal yang baik dan berguna. Manfaatkanlah kemudahan hasil dari
teknologi itu sebagai alat untuk pengembangan diri kita menjadi pribadi yang
produktif dan memuliakan Bapa Di Sorga.

















Monday, August 8, 2011

Cinta Buta, Membuatnya Lakukan 4 Kali Aborsi (Kisah Nyata)


















Wanita muda ini rela
memberikan segalanya untuk pria pujaannya, hal itu membawanya dari satu dosa ke
dosa lain, dan berujung harus membunuh darah dagingnya sendiri dengan aborsi.
Rini Setyowati, wanita ini begitu mencintai pacaranya dan rela memberikan
segalanya bahkan tubuhnya sendiri.


"Buat
saya dia segalanya, sampai akhirnya kami terlibat hubungan seks di luar
nikah,  dan itu sering kami lakukan. Perasaan takut atau apa gitu..
sebenarnya ngga ada loh. Yang ada hanya perasaan menyenangkan, yang membuat
kami semakin dekat."


Hubungan
terlarang tersebut akhirnya membuahkan janin di rahim Rini. Merasa panik, Heri
pacar Rini membuat tindakan nekad, aborsi.


"Ya
itulah jalan satu-satunya agar kami bisa keluar dari masalah. Jadi, terus
terang, walaupun itu adalah keinginan dia, namun saya tidak pernah menolak.
Memang kami belum siap untuk menikah."


Namun
kehamilan itu tidak membuat mereka jera, untuk keempat kalinya Rini hamil, dan
sebanyak itulah janin yang terbunuh demi pria itu.


"Kami
aborsi di dukun bayi, sangat-sangat sakit sewaktu proses pengguguran."


Hanya
demi membuktikan cintanya kepada Heri, rasa sakitpun tidak dihiraukan oleh
Rini.


"Karena
saya sangat-sangat sayang, dan saya tidak ingin kehilangan dia."


Rasa
kosong, dan ingin dicintai yang dicarinya dari Heri pacarnya bermula dari luka
hatinya dimasa kecilnya. Keterbatasan penglihatan yang dideritanya membuat Rini
merasa rendah diri, minder dan penyendiri.


"Saya
ngga bisa melihat pelajaran di depan, apa lagi kalau ulangan. Biasanya kalau
ulangan itu kan soal-soalnya di tulis di papan tulis, saya tidak bisa melihat
dan paling saya hanya membuat di kertas ulangan itu seperti benang kusut. Saya
waktu itu juga tidak bisa mengucapkan huruf ‘e', setiap kali saya mengucapkan
satu kata yang ada huruf ‘e'-nya, saya diminta mengulang. Saya merasa kenapa
saya jadi bahan ejekan. Jadi saya lebih banyak sendiri, mulai dari SD pun saya
sudah sering sendiri."


Rasa
minder Rini membuatnya tidak bisa bergaul, dan menjauh dari teman-temannya.


"Saya
tidak bisa bergaul dengan teman-teman lainnya karena saya merasa rendah diri,
saya merasa tidak sepandai teman-teman. Hal itu membuat saya tidak tahu harus
ngomong apa."


Masa
kecilnya itu menyisakan ruang kosong dalam hati Rini, hingga kehadiran Heri
dalam hidupnya, hal tersebut membuat Rini terbakar dalam api cinta.


"Sejak
kecil, hingga saya bertemu dia itu, saya merasa kalau yang tulus mengasihi saya
itu hanya dia. Buat saya, saya tidak bisa kehilangan dia. Dia segalanya buat
saya."


Ketakutan
akan kehilangan orang yang paling dicintainya membuat Rini rela melakukan apa
saja termasuk pembunuhan terhadap janin-janin yang dikandungnya. Hingga tiba,
mimpinya untuk memasuki pernikahan dengan orang yang dicintainya terwujud. Hal
itu semakin membutakan Rini akan pribadi yang ada di balik wajah suaminya,
hingga sesuatu yang tidak terbayangkan terjadi.


"Biasanya
saya di jemput di stasiun, tapi ini saya tunggu-tunggu tapi kok ngga dijemput.
Lalu akhirnya saya pulang, sampai di rumah itu sudah ada pacar dari adiknya
Heri."


Sebuah
cerita tentang sang suami diceritakan oleh pacar adik iparnya. Sang suami
ternyata membawa wanita lain kerumahnya, bahkan melakukan perbuatan tidak
senonoh. Rini tidak bisa mempercayai kenyataan yang ada dihadapannya, bayang-bayang
pengkhianatan sang suami  seakan menghantui hidupnya. Sebuah tindakan yang
mengerikan siap dia lakukan.


"Saya
mulai iris-iris tangan saya, karena hati saya lebih sakit dari tangan saya yang
teriris-iris itu."


Dengan
sebuah gunting, Rini mulai melukai dirinya sendiri. Namun tindakannya itu tidak
mengubah sang suami. Heri bahkan membantah semua cerita tentang perselingkuhan
yang di dengan Rini, dan Rini mempercayainya.


"Dia
mulai berdalih, jadi semua yang diungkapkan pacar adiknya itu disangkal semua
sama dia. Bodohnya, saya percaya sama dia. Saya bilang, suami saya tidak akan
melakukan hal seperti itu."


Kejadian
itu berlalu begitu saja, tanpa meninggalkan sedikitpun kecurigaan di hati Rini.
Dengan alasan bisnis di Surabaya, Heri meninggalkan Rini tanpa kabar. Merasa
kuatir, ia memutuskan mencari Heri di rumah salah satu rekan bisnisnya. Namun
sesuatu yang menyakitkan harus dihadapinya. Heri ternyata telah menikah dengan
orang lain.


Seperti
terbangun dari mimpi buruk, Rini hanya bisa duduk meratapi kepedihan yang
menyayat hatinya. Kesadarannya berlahan hilang.


"Ketika
saya diam, itu terbayang semuanya, bagaimana perlakuan dia ke saya. Jadi masih
ada dalam hati saya yang berkata hal itu tidak mungkin dia lakukan ke saya.
Rasanya saya ngga percaya dia akan tega lakukan itu, jadi saya anggap dia itu
sangat jahat sekali pada saya. Dia sudah ngga mengingat semua pengorbanan yang
saya lakukan. Rasa sakit sewaktu saya melakukan aborsi."


Karena
begitu sakit hatinya, Rini pun menyiksa tubuhnya sendiri dengan berbagai cara.


"Kalau
saya makan, tidak lama kemudian makanan itu dengan jari saya, makanan itu saya
muntahkan kembali. Pokoknya sesakit apapun, setidak nyaman apapun akan saya
nikmati, karena lebih sakit hati saya."


Rini
terjebak dalam sakit hatinya, dia bingung untuk melakukan apa dan kemana. Bagi
Rini, dunianya sudah hancur. Kemesraan bersama Heri, pengkhianatan suaminya,
rasa sakit karena aborsi dan wajah-wajah anak kecil yang dibunuhnya, semua itu
menghantui  hidup Rini. Tidak berhenti di situ, berbagai penyakit juga
menggerogoti Rini. Semua beban itu membuatnya mengambil keputusan untuk
mengakhiri hidupnya, namun keluarganya berhasil mencegahnya.


Seringkali
dia berkeluh kesah kepada Tuhan, namun dia tidak pernah mendapatkan jawaban dan
merasa bahwa teriakannya sia-sia saja. Hingga suatu hari, Rini mendengarkan
sebuah program radio rohani dan menghubungi melalui pesan singkat. Hal tersebut
di respon dengan segera.


"Disitu
saya dikuatkan, bahwa masa lalu saya sudah selesai. Sewaktu konselor itu
mengatakan hal itu pada saya, saya semangat. Saya merasa bangkit."


Perkataan
dari konselor itu menimbulkan rasa penasaran di hati Rini, demi mendapatkan
kebenaran setiap hari dia meluangkan waktu untuk membaca kitab suci.


"Ayat
itu seperti Tuhan sendiri yang berbicara kepada saya, bahwa pencobaan-pencobaan
yang kamu alami tidak melebihi kekuatanmu. Pada waktu saya meratapi nasib, saya
membayangkan Kristus di kayu salib melihat apa yang saya lakukan. Saya membayangkan
Dia berkata, ‘Lihat, ini sudah Aku lakukan untuk kamu. Tapi kenapa kamu tidak
bersyukur, kenapa kamu masih juga meratapi nasib kamu, Aku sudah menggantikan
hukuman dosamu di kayu salib. Jadi untuk apa kamu terus menyiksa dirimu dengan
rasa bersalah, rasa berdosa.' Hal itulah yang akhirnya membuat saya menyadari
‘Tuhan terima kasih, bahwa saya demikian berharga di mata Tuhan.' Saya lalu
minta ampun pada Tuhan, atas masa lalu saya, atas kejahatan-kejahatan saya, dan
saya mulai imani bahwa masa lalu saya sudah selesai."


Sejak
itu, Rini memulai lembar kehidupan yang baru bersama Tuhan Yesus yang telah
memberikannya masa depan yang penuh harapan. Inilah yang Rini percayai akan
semua yang telah terjadi.


"Say a bersyukur
sekali dalam keadaan saya yang hancur-hancuran, Tuhan tetap menjaga saya. Tuhan
turut berkerja dalam segala sesuatu untuk mendatang kebaikan." (Kisah ini ditayangkan 9 Maret 2010 dalam acara Solusi Life di O'Chanel)




Lihat video lengkapnya dibawah ini







Sumber
Kesaksian:



Rini
Setyowati








Catatan
dari penulis
















Anugerah Kristus
Pulihkannya (By Imanuel Suluh)







Rini (Depan baju biru)


          Saya mengenal Ka Rini sewaktu kami
bertemu di STT IMAN, kebetulan kami sama-sama terpanggil study theologia.
Sungguh hal yang berkesan ketika bertemu dengannya, sosok dewasa penuh dengan
cerita dibalik kehidupannya dahulu sebelum dia dipulihkan bahkan dipanggil
Tuhan Yesus menjadi alat-Nya.


          Dua tahun sudah kami saling mengenal, kini
kami sudah berada ditingkat III dari study kami. Satu hal yang tak terlupakan adalah
cerita dan kesaksian hidupnya.


Jikalau saya mengingat kembali
kesaksian kehidupannya yang lama, saya hanya bisa mengerutkan kening  sambil menarik nafas panjang, kenapa, karena hidupnya yang dulunya sepertinya
sudah “mati” tak berdaya, suram seakan tanpa harapan dan masa depan namun kini
ia hidup kembali, bangkit kembali, bersinar kembali dan penuh harapan meniti
masa depannya. Sungguh ini semua karena Anugerah Yesus Kristus, yang memulihkan
kehidupannya. Yesus mengisi kekosongan dalam diri Ka Rini. Kini Ka Rini sudah
memulai lembaran baru kehidupan bersama Yesus dan bersama kami rekan
seangkatannya ada Berkat, Sumiria, Dewi, Imanuel,
Junias, Tono dan Siska





“TUHAN
itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang
yang remuk jiwanya.”


(Mazmur 34:19)





Positive Thinking!



















Apa
yang dapat dipetik dari berpikir negatif? Cerita berikut ini menunjukan bahwa
berburuk sangka adalah sebuah tindakan yang bodoh dan merugikan diri sendiri.


            Seorang
prajurit muda harus pergi berperang ke medan peperangan. Malang baginya,
ledakan sebuah bom memutuskan kaki kanannya. Cacat pada kaki membuat prajurit
itu kehilangan kepercayaan diri.  Ia berpikir
bahwa pacarnya pasti akan menolak dirinya karena tidak dapat lagi berjalan
dengan sempurna.


            Karena
itu dengan sangat terpaksa ia meminta pada sahabatnya untuk memberitahukan pada
kekasihnya bahwa ia telah tewas di arena pertempuran.


            Setelah
kejadian itu, sang pemuda menghadapi hari-hari yang kelam dalam hidupnya dengan
hati yang hancur karena sebetulnya ia masih sangat mencintai kekasihnya itu.


            Suatu
hari, prajurit itu mendapat berita bahwa mantan kekasihnya akan melangsungkan
pernikahan. Perasaannya bercampuraduk karena sang kekasih pada akhirnya menjadi
milik orang lain.


            Ia
memutuskan untuk menyaksikan kebahagiaan mantan kekasihnya dihari
pernikahannya. Oleh karena itu ia sengaja datang ke acara pernikahan tersebut
dan memperhatikan dengan diam-diam wanita itu.


            Dan
manakala pengantin pria muncul, pemuda itu sangat terperanjat kaget sebab calon
suami mantan kekasihnya itu adalah teman seperjuangannya yang kehilangan kedua
kakinya.


            Pemuda
tersebut sangat menyesal mengapa ia dahulu berprasangka buruk dan terburu-buru
memutuskan untuk mengundurkan diri karena kakinya buntung satu. Mengapa ia
tidak menemui kekasihnya terlebih dahulu? Tetapi semua sudah terlambat, otak
negatifnya membawa ia pada penyesalan seumur hidupnya.


            Kisah
tersebut menegaskan bahwa kita seharusnya memikirkan kemungkinan terbaik
dahulu, sebelum memikirkan kemungkinan terburuk. Sebab apa yang terjadi di
depan nanti mungkin jauh lebih baik dari apa yang kita pikirkan. (ST)


Iman Si Gadis Kecil






Seorang gadis kecil tinggal bersama kedua orang tuanya disebuah desa kecil. Suatu hari,
ayahnya bergabung dengan kemiliteran. Dan tak lama kemudian, tuan tanah menuntut uang sewa. Sang ibu hanya bisa mengatakan bahwa suaminya bergabung dengan kemiliteran dan ia tidak punya uang untuk membayar sewa.

Tuan tanah itu adalah seorang yang keras hati. Ia berkata bahwa mereka harus meninggalkan rumah tersebut. Ia tidak membiarkan orang yang tidak membayar sewa untuk tetap tinggal.

Setelah tuan tanah pergi, sang ibu memulai meratap dengan pahit. Gadis kecilnya, yang telah ia ajari untuk berdoa dengan iman, datang kepadanya dan berkata, “Apa yang membuat ibu menangis? Aku akan berdoa kepada Tuhan agar memberi kita sebuah rumah kecil, dan Dia pasti akan memberikannya.

Apa yang bisa dijawab ibunya? Dan mulailah anak itu berdoa. “Ya Tuhan, Engkau sudah membawa ayahku pergi jauh, ibu tidak punya uang, dan tuan tanah akan mengusir kami berdua karena kami tidak dapat membayar uanng sewa. Jika kami harus tinggal di luar rumah, Ibu bisa pilek. Jadi,
tolong beri kami rumah mungil.” Ia berhenti sejenak seperti menanti jawaban
langsung, dan menambahkan, “Mau, kan Tuhan. Tolong ya?”

Gadis kecil itupun keluar dari ruangan dengan hati senang, berharap sebuah rumah akan diberikan kepada mereka Ibunya merasa tertegur melihat sikap si anak.


Saya beri tahu akhir kisah ini. Sejak itu, sang ibu tidak pernah lagi membayar sewa karena Allah mendengar doa gadis kecil itu. Tuhan sudah menjamah hati tuan tanah yang kejam itu. Tuhan, berikan kami iman seperti anak kecil itu, supaya kami juga dapat berharap sebuah
jawaban doa seperti dia.

Source: D.L. Moody, Orang Buta yang Membawa Lentera, (Pioner Jaya).





Sunday, August 7, 2011

“Ayah Tercinta”





Biasanya anak-anak yg jauh dari orang tuanya merasa
kangeen sekali dgn mamanya. Lalu bagimana dgn papa?

Mungkin mama lebih sering menanyakan keadaan
anaknya setiap hari, tp taukah kamu jika papamu yg mengingatkannya untuk
menelfonmu?

Mungkin mama yg lebih sering mengajakmu bercerita,tp taukah kamu sepulangnya ia
bekerja dgn wajah lelah ia selalu menanyakan kabarmu dari mama mu?

waktu kecil..

Papa mengajari putri kecilnya bermain sepeda. Setelah dia mengganggap kamu bisa
ia melepaskan roda bantu di sepedamu, Saat itu mama menutup mata karena takut
anaknya terjatuh lalu terluka.Tp ayah dgn yakin menatapmu mengayuh sepeda dgn
pelan karena dia tahu putri kecilnya pasti bisa.

Saat kamu menangis meronta meminta boneka yg baru,mama menatapmu iba,tetapi
ayah mengatakan dgn tegas "kita beli nanti,tapi tidak sekarang"
karena ia tidak ingin kamu menjadi manja dgn semua tuntutan yg selalu di
penuhi.

ketika kamu remaja

kamu mulai menuntut utk keluar malam. Lalu papa mulai bersikap lebih tegas
ketika mengatakan "tidak". Itu utk menjagamu karena kamu adalah
sesuatu yg berharga.

Lalu kamu masuk ke kamar membanting pintu.

Tp yg dtg mengetok pintu dan membujuk mu adalah mama.

Taukah kamu saat itu dia memejamkan matanya dan menahan diri,karena Dia sangat
ingin mengikuti keinginanmu. Tp lagi2 dia harus menjagamu.


saat seorang cowok mulai sering datang mencarimu, Papa akan memasang wajah
paling cool sedunia. Dan sesekali menguping atau mengintip saat kmu sdg brdua
di ruang tamu. Tahukah kmu dia merasa cemburu?

dan saat dia melonggarkan sedikit peraturan, kamu melanggar jam malamnya. Ia
duduk di ruang tamu menunggu mu pulang dgn sangat2 khawatir. Wajah khawatir itu
mengeras ketika melihat putri kecilnya pulang terlalu larut. Dia marah. Karena
hal yg di takutinya akhirnya datang "putri kecilnya sudah tidak ada
lg"

saat papa sedikit memaksamu utk menjdi seorang dokter. Ketahuilah bahwa ia
hanya memikirkan masa depanmu nanti. Tp toh dia tetap tersenyum saat pilihanmu
adalah menjd seorang penulis.

sampai saat papa harus melepasmu di bandara. Bahkan badannya terlalu kaku utk
memelukmu. Ia hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini-itu. Dia ingin
menangis seperti mama yg menangis dan memelukmu erat. Tp dia hanya menghapus
sedikit air mata di sudut matanya dan menepuk pundakmu berkata "jaga diri
baik2". Agar kamu kuat utk pergi.



saat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang
pertama yg mengerutkan kening adalah Papa. Berusaha mencari jalan agar anaknya
bisa merasa sama dgn yg lain.



ketika permintaanmu bukan lg sekedar meminta boneka baru, dan ia tau ia tidak
bisa memberikan. Dia sangat ingin mengatakan "iya nak,nanti kita
beli" dan saat kata2 yg keluar adalah "tidak bisa" dari
bibirnya. Tahukah kamu Ia merasa gagal membuat anaknya tersenyum.



saat kamu sakit dan tidak berada di dekatnya. Papa terlalu khawatir sampai
kadang sedikit membentak berkata "sudah di blg jgn minum air
dingin!".Berbeda dgn mama yg memperhatikanmu dgn lembut.

ketahuilah saat itu ia benar2 khawatir dgn keadaanmu.



dan di saatnya nanti kamu wisuda sebagai seorang sarjana. Papa adalah org
pertama yg berdiri dan memberi tepuk tangan utk mu. Dia yg tersenyum bangga dan
puas melihat "putri kecilnya yg tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan
telah menjadi seseorang"



sampai saat seorang teman hidupmu datang dan meminta izin mengambilmu darinya.
Papa akan sangat berhati2 memberikan izin.karena ia tau laki2 itu yg nanti akan
menggantikannya.



dan saat Papa melihat mu duduk di panggung pernikahan bersama seseorang yg di
anggapnya pantas menggantikannya. Papa pergi kebelakang panggung,dan menangis
"tugasku telah selesai dgn baik.putri kecilku yg lucu telah menjadi wanita
yg cantik"



Papa hanya bisa menunggu kedatangan mu dan cucu2nya sesekali utk menjenguknya.
Dgn rambut yg telah memutih dan badan yg tak lagi kuat utk menjagamu dari
bahaya.



papa adalah sosok yg harus selalu terlihat kuat bahkan ketika dia tidak kuat
utk tdk menangis. Harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. papa
jg orang pertama yg selalu yakin bahwa "kamu bisa" dalam hal apapun.

tersenyum dan bersyukurlah ketika kamu bisa merasakan kasih sayang seorang papa
hingga tugasnya selesai. Kamu adalah salah satu org yg beruntung. Karna papa adalah
sosok superhero yg hebat.
 

Selagi kita bisa bahagiakan papa berusahalah, buatlah ia tersenyum meskipun badan yang semakin rapuh tak berdaya tapi ingatlah dialah yang telah membesarkan kita.

Satu hal yang gk akan pernah kembali adalah senyuman papaku yang paling manis, raganya
telah pergi kini sesalku ku pernah buat dia menangis.

          So, jangan sampai nyesel kayak aku,
selagi ia masih hadir disisimu kasihilah dia.  http://www.youtube.com/watch?v=UBGa3Lfwa0o








“Nyamanlah Jiwaku” – Refleksi Hidup Horatio G. Spafford (By Imanuel Suluh)








Judul lagu: It is Well with My Soul

Mazmur 46: 2

Pengarang: Horatio G. Spafford

Komposer: Philip P. Bliss






           Bila damai mengiring jalanku rasa aman di hatiku dan kesusahan menimpa ku tlah Kau ajar ku mengingat Firman-Mu…Nyamanlah jiwaku…
Kalimat-kalimat di atas, merupakan bagian syair lagu hasil karya
Horatio G. Spafford. Dalam bahasa Inggris, lagu tersebut terkenal dengan
judul “It Is Well With My Soul” yang diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia “Nyamanlah Jiwaku”. Bahkan ini juga perasaan penulis
untuk pertama kalinya mendengarkan hymn karya Horatio G. Spafford ini,
harapan ditengah masa-masa sulit, menguatkan, memberkati bahkan
menginspirasi penulis secara pribadi dalam menjalani masa hidup yang
Tuhan percayakan kepada penulis. Selain itu penulis kagum akan sosok
beliau yang berjiwa besar, tabah dan tetap setia hingga akhir menjaga
imannya kepada Tuhan, memberikan kesaksian hidup yang menguatkan yang
masih terus bergema hingga saat ini melalui nada-nada hymn-nya yang bisa
dinikmati setiap saat. Inilah menjadi alasan penulis menulis paper ini.





Riwayat Hidup Horatio Gates Spafford





            Horatio Gates Spafford lahir pada tanggal
20 Oktober 1828, di North Troy, New York. Ia dibesarkan dan bersekolah
di tempat itu. Setelah ia dewasa, pada tahun 1856, ia pindah ke kota
Chicago, disinilah ia menjadi seorang pengacara Kristen terkemuka serta
pengusaha di Amerika. Kemudian ia juga menjadi dosen salah satu
universitas dalam mata kuliah hukum kedokteran. Spafford tertarik dengan
kecantikan Anna dari Stavanger, Norwegia, ketika ia menghadiri kelas
sekolah Minggu itu di Chicago.


           Pasangan ini kemudian menikah pada 1861.
Setelah menikah mereka dikaruniai satu putra dan empat putri.
Suami-istri ini merupakan anggota Gereja Presbyterian yang aktif.
Spafford menjadi guru Sekolah Minggu dan juga pemimpin dalam usaha
kegiatan kaum Kristen. Ia menjabat sebagai anggota dewan pengurus dari
sebuah seminari Presbyterian yang baru didirikan di Chicago. Dalam salah
satu perjalanannya ke negeri Inggris dan Skotlandia pada tahun 1870,
Spafford berjumpa dengan dengan seorang ahli perbintangan yang ternama.
Melalui persahabatan dengan sarjana ini, Spafford menjadi sangat
tertarik untuk mempelajari ilmu purbakala dari zaman Alkitab.


            Pada tanggal 8 Oktober 1871, bencana besar melanda keluarga Spafford, dimana kebakaran hebat yang dikenal dengan nama “The Great Chicago Fire”
menyapu bersih kota tempat tinggal mereka. Horatio selain berprofesi
sebagai pengacara ia juga berinvestasi di real estate di kota itu, dan
api menghancurkan hampir semua yang dimiliki. Pada tahun 1873, Spafford
memutuskan harus mengambil liburan untuk dia dan keluarganya. Dia ingin
beristirahat untuk istri dan empat anak perempuan, dan juga untuk
membantu Moody dan Sankey di salah satu kampanye penginjilan mereka di
Inggris. Namun ia tertunda karena bisnis harus tetap tinggal di Chicago,
karena itu ia mengirim keluarganya berangkat lebih dahulu istri dan
empat putri melakukan perjalanan sesuai dengan jadwal pada SS Ville du
Havre, mengharapkan untuk mengikuti dalam beberapa hari. Tragis pada ada
tanggal 22 November, 1873 saat melintasi Atlantik di kapal uap Ville du
Havre, kapal mereka dipukul oleh kapal berlayar besi dan 226 orang
kehilangan nyawa mereka, termasuk keempat putri Spafford. Anna Spafford
selamat dalam tragedi tersebut. Setelah tiba di Inggris, ia mengirim
telegram kepada Spafford memberitahukan peristiwa naas tersebut.


             Spafford kemudian berlayar ke Inggris, dan
akan mengarungi lokasi kematian orang-orang yang dikasihinya. Menurut
Bertha Spafford Vester, seorang putri lahir setelah tragedi itu,
Spafford menulis “It Is Well With My Soul” dalam perjalanan ini. Dan
musiknya, ditulis oleh Philip Bliss. Beliau adalah komposer himne,
seorang penulis yang produktif menulis lagu Injil. Dia begitu terkesan
dengan pengalaman dan ekspresi teks Spafford ia segera menulis musik
untuk itu, pertama kali diterbitkan di salah satu Hymnals Sankey-Bliss,
Injil Nyanyian Rohani No 2. Tak lama setelah menulis It Is Well With My
Soul, Bliss meninggal dalam kecelakaan kereta api tragis.





Akhir Hidup H.G. Spafford





             Setelah berbagai peristiwa kelam
menimpanya. Spafford yakin bahwa semua ini adalah pertanda kedatangan
Kristus sudah dekat. Dan akhirnya pada tahun 1881, ia dan beberapa
keluarganya berlayar meninggalkan Amerika menuju tanah suci. Anna dan
Horatio Spafford memimpin kontingen kecil Amerika di tahun 1881 ke
Yerusalem untuk membentuk masyarakat Utopia Kristen yang dikenal sebagai
“Colony Amerika.” Ini adalah suatu tempat peristirahatan bagi
orang-orang Kristen, di mana mereka bisa datang dan menghidupi suatu
kehidupan Kristiani yang sederhana, berbagi segala sesuatu, dan melayani
orang-orang sekeliling mereka. Pengaruh mereka akhirnya membuahkan
banyak orang Islam dan orang-orang agama lain yang berbalik kepada
Kristus di kota Yerusalem yang pada zaman itu tandus. Anggota Colony ini
kemudian bergabung dengan orang-orang Kristen Swedia, terlibat dalam
pekerjaan filantropis antara penduduk Yerusalem terlepas dari afiliasi
keagamaan mereka dan tanpa motif dakwah – dengan demikian memperoleh
kepercayaan dari Muslim lokal, Yahudi, dan komunitas Kristen.


              Selama dan segera setelah Perang Dunia I,
Koloni Amerika memainkan peran penting dalam mendukung
komunitas-komunitas melalui penderitaan besar dan kekurangan dari front
timur dengan menjalankan dapur umum, rumah sakit, panti asuhan dan amal
usaha lainnya. Dan mereka semua menetap di Yerusalem. Horatio G.
Spafford meninggal di Yerusalem tujuh tahun kemudian yakni pada 16
Oktober 1888.


             Satu hal yang sangat menarik dari pribadi
Spafford, meskipun nampaknya ia kecewa karena harapannya untuk melihat
kedatangan Tuhan Yesus ke dunia diakhir hidupnya tidak terwujud, bahkan
kecewa atas kepergian orang-orang yang dicintainya, tetapi Horatio
Spafford tidak kecewa terhadap Tuhan, karena imannya yang ia yakini
membuatnya tetap teguh ditengah-tengah kesukaran hidupnya yang dapat
meremukkannya bahkan bisa membuatnya meninggalkan Tuhan. Imannya itu
dinyatakannya dengan nyanyian “Nyamanlah Jiwaku.” Syair yang menyatakan
pengharapan itu telah berkumandang di seluruh dunia termasuk di
Indonesia.





Latarbelakang Penulisan Lagu




 A. Dasar Alkitab





             Spafford menghidupi Mazmur 46:1 dalam Alkitab Indonesia Terjemahan Baru tercantum pada ayat yang ke-2 yang berbunyi: “Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.”
Bagian ini adalah pernyataan kepercayaan. Dengan tenang dan agung
tetapi juga dengan lantang nyanyian ini dibuka dengan suatu pernyataan
kepercayaan yang bernada pujian kepada Tuhan sebagai “perlindungan dan kekuatan umat-Nya.”
Sebagai penolong dalam kesesakan hal ini berulang terbukti dalam hidup
umat. Kesimpulanya jelas. Meskipun mereka mengalami ancaman yang paling
dasyat sekalipun seperti bumi bergerak dan gunung-gunung bergoncang oleh
karena kecongkakan gelora lautan dibawah bumi mereka tidak akan takut
(ayat 3-4). Demikianlah pernyataan iman jemaah yang dibawakan oleh kor.
Dengan penuh keyakinan mereka meneguhkan pernyataan kepercayaan itu
dengan refrein. Allah yang menjadi perlindungan dan kekuatan mereka itu
adalah “TUHAN semesta alam”, Raja yang maha kuat dan maha Agung yang
mengatasi segala sesuatu.


            Nyanyian ini merupakan suatu kesaksian iman
yang paling mengesankan tentang Allah menolong dalam kesesakan. Hanya
orang yang memeberikan dirinya sepenuhnya kepada Allah, kepada
keberanian iman ini, akan dipenuhi oleh Allah, sehingga tidak ada
sesuatu yang lain. Iman yang teguh diperoleh karena orang percaya dan
tahu bahwa Allah berada ditengah mereka dan inilah yang Spafford bahkan
kita rasakan.





B. Teks Lagu dan Musiknya 





             Naskah asli dalam versi Inggris berjudul “It Is Well With My Soul”
dalam versi Indonesia yang paling sesuai adalah terjemahan dalam PPK
yakni “Nyamanlah Jiwaku” sedangkan dalam Kidung Jemaat diterjemahkan
“Selamatlah” terjemahan ini tidak sesuai dengan maksud penulis hymn,
jika memakai teerjemahan yang kurang baik maka hymn yang baik ini akan
kehilangan makna aslinya. Terjemahan dalam PPK 138, adalah terjemahan
yang baik sehingga jika kita menimkati hymn ini dalam bahasa Indonesia
kita tidak kehilangan makna asli dari maksud dan tujuan teks asli.


            Musik lagu ini sangat indah, membawa dampak
positif terhadap jiwa jika mendengarkannya dengan baik. Begitu pula
keharmonisan antara harmoni dan teks sangat cocok sehingga menambah
keindahan dan mendapatkan mood perasaan penulis hymn ini. Musiknya yang
lembut secara sinergi sangat menekankan teks asalnya sehingga maknanya
bisa keluar dan bisa dinikmati pendengar.





C. Teologia dan Penerapannya





            Lagu ini sangat teologis pada bait yang
pertama penulis hymn mengangumi dan merasakan pemeliharaan Allah, pada
bait yang kedua Spafford menjadikan Yesus sebagai sentral hidupnya sebab
ia percaya di dalam Yesus ada jaminan hidup kekal serta jadi kekuatan
Spafford dalam mengahadapi badai kehidupan. Selain itu pada bait yang
ketiga dalam lagu ini pengharapan eskatologi sangat kental.


          Spafford dengan pengharapan menantikan hari
dimana tidak ada lagi duka derita seperti di alami semasa di dunia yang
penuh kejahatan dan ketidakadilan ini. Yakni kedatangan Tuhan Yesus
sebagai raja yang kali kedua. Syair lagu yang sarat dengan teologia yang
membangun iman pendengar ketika mendengarkan lagu ini.


Darimanakah datangnya pikiran mulia yang
mengilhami Horatio Spafford menuliskan syair pujian yang begitu
terkenal? Terkenal bukan saja karena syair yang begitu Alkitabiah,
tetapi karena ditulis pada saat tragedi demi tragedi sedang menerpa
hidup keluarganya. 


          Paling tidak ada dua sumber utama. Pertama,
firman Tuhan. Alkitab menyatakan bahwa keselamatan sejati ada di dalam
Kristus yang telah mengurbankan diri-Nya di kayu salib. Firman Tuhan
adalah kebenaran mutlak, yang menjadi dasar kepastian keselamatan bagi
semua orang percaya.  


Kedua, iman Spafford
pribadi yang meyakini secara teguh dan berserah penuh kepada Tuhan yang
adalah sandaran yang kuat dan jaminan hidup yang pasti. Iman inilah yang
menafsirkan pengalaman hidup dalam terang firman hingga memampukan
Spafford berkata di tengah derita bertubi-tubi bahwa “It is well with my soul.”


          Pikiran mulia memang hanya bisa bersumber
pada Allah yang mulia, yang telah menyatakan diri dan rencana-Nya dalam
Alkitab. Di luar Alkitab yang ada hanya pikiran-pikiran manusia yang
sudah dinodai dosa dan ditipu oleh Iblis sehingga melihat semua kejadian
di muka bumi ini melalui kaca mata negatif, buram, dan terdistorsi.
Pikiran mulia hanya bisa keluar dari orang yang mengisi hidup dan
pikirannya dengan firman Tuhan. Firman Tuhan sekaligus menjadi benteng
bagi dirinya dari pikiran-pikiran yang menyesatkan. Maka nasihat Paulus
kepada jemaat Filipi, “…semua yang benar, semua yang mulia, semua
yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar,
semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya
itu.”
Yaitu semua pikiran yang bersumber dari firman Tuhan.


           Penulis setuju dengan teologi lagu ini,
sangat baik penuh makna dan pasti membangun dan menguatkan iman jemaat.
Karena lagu ini selain Alkitabiah mengandung teologi dan pengajaran yang
baik dan benar.





D. Apa Alasan Penulisan





           Menurut Kenneth W. Osbeck, Spafford
menerima kenyamanan dan damai dari Allah yang memungkinkan dia untuk
menulis lirik lagu itu. Meskipun di dera duka yang amat dalam tidak
membuat Spafford patah arah. Terbukti di tengah duka yang ia alami tak
lama setelah itu, dalam sebuah perjalanan menyusul istrinya ia melewati
tempat dimana ke empat putrinya tenggelam dengan pena di tangan, ia
menulis syair yang penuh dengan semangat pengaharapan “It Is Well With My Soul”
yang sangat jelas menggambarkan suasana hati paling pedih dan kesedihan
pribadinya yang dalam. 


          Spafford tidak menumpahkan kedukaannya tapi
lebih pada pengampunan yang sudah dilakukan Kristus dan pengharapan akan
kedatangan-Nya yang kedua. Secara manusiawi, sulit dipercaya bahwa di
tengah-tengah rasa dukanya yang mendalam, Spafford sanggup mengatakan,
“Nyamanlah jiwaku” dalam sebuah syair indah karyanya.


          Mengapa Spafford menulis teks ini ditengah
duka yang ia alami? Karena Spafford yakin bahwa Allah yang ia sembah dan
layani adalah adalah yang Hidup yang peduli akan ciptaan-Nya. Selain
itu keyakinan akan kedatangan Kristus juga menjadi alasannya juga.
Keyakinan itulah yang menguatkan dan menginspirasi Spafford menuliskan
pengalaman bersama Tuhan dalam sebuah kalimat-kalimat puitis yang sarat
makna rohani dalam sebuah tulisan indah. Hanya kekekuatan dan rahmat
dari Tuhan yang memampukan Spafford bisa menuangkan kata-kata yang indah
dan bermakna ditengah-tengah ombak kehidupan yang menerpa hidupnya dan
inilah yang menjadi kekuatan yang mendampingi lagu ini, hingga lagu ini
menjadi lagu yang hidup sarat makna dan menjadi berkat bagi banyak
orang. Spafford ingin membagikan pengalaman hidupnya bersama dengan
Tuhan kepada semua orang, bahwa dalam Tuhan ada pengaharapan, ada
kekuatan meskipun dalam keadaan genting sekalipun, Tuhan tidak pernah
meninggalkan umatnya Mazmur 46:2 berbunyi, “Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.”
Akan sangat sulit bagi kita untuk memprediksi bagaimana kita akan
bereaksi dalam kondisi yang sama dengan yang dialami oleh Spaffords. Ia
telah membuktikannya tetap tegar dalam duka yang bertubi-tubi, iman yang
tetap setia hingga akhir.


              Lagu ini sangat dekat dengan orang-orang
yang mengalami pengalaman hidup yang sama dengan Spafford. Lagu ini
secara pribadi sangat berdampak pada penulis sendiri baik syair maupun
pribadi Horatio Spafford menginspirasi, memberikan teladan, pelajaran
berharga dalam seluruh kehidupan penulis bahkan pendengar pada umumnya.
Semangat firman dalam lagu ini terus menggema hingga saat ini, saat
mendengar lagu ini perasaan Spafford kala menulis syair ini merasuki
jiwa imajinasi pribadi semua pendengar. Gema hymn karya Spafford telah
mempengaruhi seluruh dunia. 


             Nyanyian ini begitu indah. Ini benar-benar
membawa pulang pesan bahwa tidak ada kesenangan duniawi yang membawa
damai, tetapi damai Kristus dan kasih Allah dapat ditemukan dalam
keluarga dan persahabatan sejati dan dalam hubungan dekat dengan Allah
sendiri. Sukacita mendengar kata-kata dan lagu ini membangkitkan
semangat!! Kristen muda perlu menyanyikan lagu ini untuk mengingatkan
diri dari makna hidup, dan untuk tetap setia kepada Yesus di dunia ini
mengerikan.(IS)





Dari: paper Hymnology karya Imanuel Suluh





PUSTAKA



Barth, Marie Claire. Tafsiran Alkitab Mazmur 1-72. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.


Osbeck, Kenneth W.101 Hymn Stories Grand Rapids: Kregel Publication, 1982.


McElrath William N. Terj.Imarto Wirawan, Cerita-cerita dari Lagu-lagu rohani Kesayangan Kaum Kristen Indonesia-Jilid II Bandung:Lembaga Literatur Baptis,1975.


Osbeck, Kenneth W. Amazing Grace: 366 Inspiring Hymn Stories for Daily Devotions. Grand Rapids: Kregel Publications, 1990.


http://en.wikipedia.org/wiki/Horatio_Spafford


http://www.christians.com/horatiospafford/main





 ”Nyamanlah Jiwaku”


 Verse 1


Bila damai mengiring jalan hidupku


 Rasa aman di hatiku


 Dan kesusahan menimpaku


 Tlah Kau ajarku mengingat firmanMu


Reff:


Nyamanlah jiwaku


 Nyamanlah, nyamanlah jiwaku


 Verse 2


 Dalam pergumulan dan perncobaan


 Kristus membrikan jaminan


 Dan mempedulikan kepapaanku


DarahNya membasuh jiwaku


 (back to Reff)


Verse 3


Tuhan lekaskanlah harinya tiba


 Imanpun akan tampaklah


Dan sangkakala pun akan berbunyi


Tuhan akan turun ke bumi


 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

ShareThis