Yohanes 14:27; Filipi
4:4-9
Hidup yang bersukacita adalah
kehendak TUHAN dalam kehidupan orang percaya. Sukacita berbicara ketentraman
jiwa. Damai sejahtera yang Alkitab bicarakan adalah unik, sejati dan spesial (Yoh.
14:27). Damai sejahtera yang Allah karuniakan kepada manusia adalah damai yang
tidak pernah terpikir oleh manusia (Fil.4:4-9). Damai sejati tidak akan pernah ditemukan
manusia dalam proses pencariannya, karena pada hakekatnya damai sejati adalah
bersifat anugerah.
Dikatakan damai sejati karena
bukan bersifat sementara atau hanya penampilan belaka. Damai sejati tidak
tergantung atau dipengaruhi situasi. Selain itu mengapa dikatakan damai yang
sejati karena dijamin oleh Allah sendiri. Dia Allah penentu dan penjamin dalam
sejarah kehidupan manusia. Allah sejak semula telah merancang damai sejahtera (Shalom)
bagi kehidupan manusia. Namun ketika manusia jatuh dalam dosa, dosa mencemari
seluruh aspek hidup manusia saat itulah tidak ada damai dalam hidupnya.
Firman Tuhan hari dalam Yohanes
14:27, Yesus mengatakan ada damai dalam Dia yang dunia tidak dapat berikan.
Kedamaian sejati hanya ada dalam Yesus. Damai yang mendamaikan manusia dengan
Allah, damai yang mendamaikan manusia dengan alam dan sesamanya, damai yang
menjamin manusia tidak akan binasa melainkan beroleh hidup kekal. Dalam kehidupan ini tentu kita
pernah bahkan sering merasakan tidak ada damai. Mengapa kita masih mengalami
rasa tidak damai? Melalui Filipi 4:4-9 kita diberitahukan ada penghalang-penghalang
yang menghalangi orang percaya hidup bersukacita. Penghalang sukacita itu adalah:
1.
Sifat
Keakuan (Filipi 4:4)
Sifat keakuan
ini bisa merekrut kedamaian dalam hidup manusia. Bagi Paulus inti pertikaian
adalah menganggap diri utama. Bagi Paulus inti sukacita bukan berfokus pada diri
tapi ketika melihat orang lain (Fil 1:4; 2:17). Sukacita bagi Paulus berbuat
baik pada sesama (4:5).
2.
Rasa
Kuatir (Filipi 4:6)
Orang yang
kuatir tidak mungkin bersukacita. Rasa kuatir timbul karena manusia merasa ia
terbatas. Maka itu manusia tidak bisa mengandalkan diri untuk mencari rasa
damai. Untuk itu buanglah rasa kuatir, berharap dan bergantunglah pada Dia
karena Dia sanggup beri damai sejati dalam hidup ini.
3.
Kebiasaan
Kita (Filipi 4: 8-9)
Dunia membuat kita
terbiasa mengikuti jalannya yaitu mengikuti cara yang dianggap dunia sebagai
jalan keluar. Namun firman Tuhan mengingatkan kita agar merenungan Firman (Filipi
4:8; Mazmur 1). Tidak hanya itu saja kita diajak untuk melakukan firman itu
dalam kehidupan kita.
Di Tahun yang baru
ini mari membiasakan diri memikirkan orang lain lebih utama, menyerahkan
kekuatiran pada Tuhan dan jangan andalkan diri serta membiasakan merenungkan
dan melakukan firman Tuhan maka Allah sumber damai sejati akan menganugerahi
damai yang sejati.