Tepat
pada 31 Oktober 1517 Martin Luther memakukan 95 tesisnya di pintu gerbang
gereja istana Wittenberg. Inilah letusan gerakan reformasi sebagai bentuk
penolakan terhadap penjualan Surat Indulgensia (pengampunan dosa) yang
dilakukan pada masa pemerintahan Paus Leo X untuk pembangunan gedung Gereja
Rasul Petrus di Roma dan pelunasan hutang Uskup Agung Albrecht dari Mainz
(Wellem 1999). Situasinya pada waktu itu, gereja tidak lagi mengajarkan ajaran
yang sesuai dengan kebenaran Alkitab. Pemimpin gereja Katolik berusaha
mendapatkan uang sebanyak-banyaknya untuk membiayai renovasi gedung gereja
Basilika Santo Petrus di Roma, dengan memperjualbelikan surat
indulgensia. Dengan demikian gereja Katolik mengajarkan bahwa keselamatan
tidak berdasarkan pada anugerah Tuhan melalui iman, tetapi melalui surat
pengampunan dosa yang dikeluarkan gereja.
Dalam
situasi seperti inilah Martin Luther dengan berani menentang dan mereformasi
gereja untuk membawa gereja kembali kepada kebenaran firman Tuhan. Peristiwa
ini menjadi tonggak sejarah kekristenan yang kemudian diperingati sebagai Hari
Reformasi. Seruan Luther kepada Gereja agar kembali kepada ajaran-ajaran
Alkitab telah melahirkan tradisi baru dalam kekristenan. Di kemudian
hari, reformasi gereja terus terjadi, seperti yang dilakukan John Calvin
(1509–1564) di Perancis. Dari reformasi gereja yang terjadi, warisan penting
dari mereka terangkum dalam "The Five Solas," yaitu: Sola Scriptura,
Sola Fide, Sola Gratia, Solus Christus, dan Soli Deo Gloria. Lima kepercayaan
dan keyakinan ini menjadi pilar yang fundamental dari tradisi reformed.
Sola Scriptura (The Bible
Only)
Menyatakan bahwa hanya Alkitab
satu-satunya firman Allah yang diinspirasikan dan yang berotoritas.
Satu-satunya sumber bagi doktrin-doktrin dan pengajaran Kristen.
Sola Fide (Faith Only)
Menyatakan bahwa hanya oleh iman
kita dinyatakan benar di hadapan Allah, bukan karena perbuatan baik kita.
Sola Gratia (Grace Only)
Mengajarkan bahwa hanya oleh
anugerah Allah kita diselamatkan, bukan karena jasa manusia.
Solus Christus (Christ Only)
Mengajarkan bahwa hanya Kristus
satu-satunya pengantara antara Allah dan manusia. Tidak ada keselamatan di luar
Kristus.
Soli Deo Gloria (Only Worship
God)
Mengajarkan bahwa hanya bagi
Allah saja segala pujian dan kemuliaan. (dari berbagai sumber)
Warisan
reformasi ini begitu penting berharga sehingga tidak boleh diabaikan dan
dilupakan begitu saja, melainkan terus didengungkan agar kita hidup dan
berjalan dalam kebenaran Allah.
Namun
pada kenyataannya tidak sedikit orang Kristen justru lupa akan hari reformasi.
Memprihatinkan sekaligus miris, menyaksikan kenyataan kebanyakan orang Kristen
lebih tertarik pada peraayaaan Halloween yang kebetulan turut dirayakan pada
tanggal yang sama.
Rupa-rapanya
hari Halloween telah menjadi sebuah trend baru yang cukup menarik di mata
masyarakat. Tak heran jika dijumpai di sana sini orang berbondong-bondong
mempromosikan hari Halloween lewat berbagai medi. Padahal Halloween identik
dengan setan, penyihir, hantu goblin dan makhluk-makhluk menyeramkan dari
kebudayaan Barat. Perayaan Halloween disambut dengan menghias rumah dan pusat
perbelanjaan dengan simbol-simbol Halloween.
Dengan demikian
di satu pihak gereja dan orang Kristen serta anak-anak Kristen harus merayakan
hari Reformasi yang berpusat hanya pada kemuliaan Allah, sementara di pihak
lain juga ada sungguhan dari dunia dengan perayaan Halloween yang berpusat pada
dunia dan manusia bahkan hantu-hantu dan setan.
Sebagai
orang Kristen yang sejati tentu kita harus menolak perayaan yang hanya berpusat
pada manusia (antropho-centris) dan pada dunia ini bahkan mengarah
kepada penyembahan berhala. Saya berharap kiranya pada kesempatan ini, kita
dapat bersama mengambil waktu untuk merenungkan kembali pentingnya gerakan
Reformasi yang kerjakan oleh Tuhan kita lewat para Reformator seperti Luther,
Calvin, Swingly demi gereja Tuhan dan umatNya. Marilah kita, sebagai umat yang
telah menerima anugerah keselamatan melalui iman kepada Kristus, bersungguh
hati mencintai firman Tuhan dan hidup memuliakan Dia.