Kadang
iri juga dengan orang-orang yang bisa lancar menulis setiap saat, apalagi kalau
melihat mereka yang bisa sampai menulis buku. Sebuah pencapaian yang luar biasa
setidaknya bagi saya. Betapa puasnya mereka bisa dengan leluasa ‘melepaskan’
gagasan-gagasan yang ada di benak mereka menjadi sebuah rangkaian pikiran yang
tersusun rapi membentuk paragraf-paragraf hingga bab demi bab bahkan menjadi sebuah
buku yang mencerahkan. Kemudian bisa dinikmati banyak orang dari berbagai
kalangan di berbagai tempat. Luar biasa, bukan?
Di
sisi yang lain, rasa iri ini membuat tangan ini seolah ingin cepat-cepat bercengkerama
dengan tuts-tuts keyboard Netbook saya
dan menuangkan apa yang menjadi kegelisahan hati ini. Namun adakalanya
keinginan berbanding terbalik dengan aksi. Tindakan seolah merengek menolak
dengan sejuta alasan yang dipelopori si pemalas. Alhasil seuntai kalimatpun tak
tertorehkan di kertas putih yang seolah-olah tak sabaran menanti ide-ide
brilian itu.
Ah
itulah gelagak si pemalas dengan kroni-kroninya. Selalu membuat tangan ini
terhalang menyalurkan ide-ide yang berkeliaran di kepala ini. Rasanya juga, blog
yang menjadi teman saya selama ini mungkin saja geram melihat si temannya yang
tak kunjung datang untuk berkolaborasi menghadirkan sebuah gagasan mungkin saja
bukan yang baru dijagad maya itu tetapi setidaknya memberi aroma yang lain dari yang sudah ada.
Maaf
teman sudah menelantarkanmu. Seumpama sebuah rumah, engkau kini mungkin tidak
berupa indah lagi. Tidak terawat, kotor dan degil. Kini mungkin rupamu pun tak
semarak seperti dahulu. Yah, sekali lagi maaf kawan. Sejatinya si pemilik wajib
merawatmu, merawat dengan tangan yang cekatan.
Ya, sejatinya tidak ada alasan untuk tidak menulis. Dengan banyaknya ide-ide yang berkeliaran sejatinya juga tidak jadi alasan tidak menulis karena kehabisan ide. Menulis seharusnya menjadi menu harian.
Mari
menulis kembali…
No comments:
Post a Comment
Thanks so much for taking the time to leave a comment :)