Ada seorang ayah dengan anaknya yang laki-laki. Pada suatu hari sang ayah mengajak anak laki-lakinya ini untuk menemaninya berjalan-jalan di sebuah
taman. Setelah cukup lama berkeliling,, duduklah sang ayah di bawah sebuah
pohon rindang. Sang ayah ini melihat anak laki-lakinya sedang asyik memandangi
sesuatu. Rasa penasaran sang ayah mendoronnya untuk menghampiri anaknya. Lalu
tanya sang ayah, “Anak ku apa yang sedang engkau lihat?”
“Oh… lihatlah ayah sekawanan semut itu. Mereka begitu sibuk mengangkat daun menuju sarang. Untuk apa sebenarnya
daun-daun itu?” tanya Sang anak kepada ayahnya. “Daun itu adalah makanannya,
anakku. Ini adalah musim dimana mereka
biasa mengumpulkan makanan, untuk bekal ketika salju mulai turun menutupi
bumi.”
“Lihatlah mereka begitu kecil tapi sanggup mengangkat daun yang begitu
besar, bahkan jauh lebih besar dari tubuh mereka sendiri. Lalu sang anak
menjawab “Oh.., ternyata semut tidak selemah yang aku kira selama ini yah.”
Anak ini tampak begitu heran dan
kagum dengan pemandangan yang sedang dilihatnya. “Yah itulah kuasa Tuhan,
bahkan binatang yang paling lemah diberikan Tuhan kekuatan melebihi yang lain.
Tuhan itu adil. Tahukah kamu anak ku, semut yang kecil ini sanggup mengangkat
beban yang bahkan 10 kali lebih berat dari tubuhnya. Seekor gajah yang paling
besarpun tidak akan sanggup menandingi kekuatan seekor semut. Anakku jangan
pernah engkau meremehkan mereka yang tampak lemah. Belajarlah dari semut!.
Lalu sang ayah bertanya kepada anaknya: “Engkau tahu nak, berapa lama
mereka akan mengangkat makanan-makanan itu?” “Entah ayah, mungkin sampai nanti
sore”. “Tidak nak, tidak seperti itu.
Mereka akan terus bekerja mengumpulkan makanan hingga musim dingin tiba.
Lihatlah bagaimana mereka bekerja! Mereka seakan tidak pernah lelah. Tidak ada
yang diam, tidak ada yang tampak asyik bersantai bukan?”. “Ya, ayah benar.
Mereka semua bekerja! Tapi ayah, mungkinkah mereka takut akan dihukum jika
tidak bekerja? Mungkin ada yang sedang mengawasi mereka bekerja?. “Tidak, tidak
ada yang mengawasi, semut bukan budak dari siapapun. Semut hanya memiliki
seorang ratu yang bertugas melahirkan para semut, sedangkan sebagaian besar
para semut adalah jenis pekerja dan sisanya adalah semut prajurit yang bertugas
menjaga koloni dan ratu mereka. Tapi tidak untuk mengontrol para pekerja”.
“Anak ku, jika engkau mau merenungkannya, engkau bisa belajar banyak dari
kehidupan para semut.”
Memang ia adalah binatang yang lemah, jelek rupanya, tidak terpandang. Kita
semua mengakuinya, saya yakin tidak di antara kita yang senang memelihara semut
sebagai binatang kesayangan atau favorit. Kita bukan saja tidak memelihara atau
tidak menyukai semut, bahkan setiap harinya kita menjadi pembunuh-pembunuh
berdarah dingin. Mengapa? Karena ketika kita berjalan, kita tidak menyadari
berapa banyak semut yang sudah menjadi korban hantaman kaki kita bahkan lebih dari
itu, secara tidak sadar kita cukup banyak mengoyak-ngoyak tubuh semut di dalam
perut kita, karena biasanya di dalam masakan kita, atau minuman seringkali ada
semut-semut yang tidak terlihat, lalu kita minum atau makan.
Meski demikian kita harus mengingat bahwa walaupun semut seekor binatang
yang lemah dan tidak terpandang namun Salomo justru memakainya sebagai contoh yang baik untuk
pembelajaran hidup manusia.
Kita harus mengakui semut adalah binatang yang bijaksana, yang menyadari
bahwa untuk segala sesuatu ada masanya. Mereka manyadari ada waktu untuk
bekerja dan ada waktu untuk beristirahat. Ketika masa bekerja datang, mereka
akan menggunakannya untuk mengumpulkan
bekal makanan. Tak satupun dari mereka yang berusaha mencuri waktu untuk
bersantai dan bersenamg-senang. Karena mereka sadar ketika musim dingin tiba,
mereka akan dapat beristirahat di dalam sarangnya yang hangat, semua
beristirahat, tidak ada yang bekerja. Mereka makan dan minum, berpesta sambil
menanti datangnya musim semi.
Sebagai semut, mereka tahu bagaimana hidup bersama dalam komunitasnya.
Setiap semut paham akan tugas dan perannya masing-masing. Mereka menjalankan
tugasnya dengan setia. Mereka tidak perlu dipaksa dan tidak perlu didikte.
Mereka tetap bekerja tanpa perlu diawasi. Tiap-tiap semut akan melakukan
tuganya dengan sukarela dan sungguh-sungguh. Yang satu tidak iri hai dengan
yang lain. Selain rajin, semut adalah binatang yang memiliki integritas yang
tinggi. Semut oh semut!
>>> Bagaimana dengan kita sobat? Semoga hari Senin ini semangat semut kecil menggelitik kita untuk berbuat yang lebih besar. Selamat berhari Senin ^_^
Mantap...
ReplyDeleteTuhan memberkati...
Selamat hari senin...