twitterfacebookgoogle plusrss feedemail
Life-ex photo banner-211_zps596e9fc0.jpg

Sunday, November 17, 2013

Home » , , » Mari Membaca

Mari Membaca



Bisa dikatakan hampir setiap hari saya menghabiskan waktu di perpusatakaan. Entah itu kewajiban ataupun sekadar mampir begitu saja, dimana setiap mahasiswa harus berada di dalam perpustakaan setiap pukul 19.15 hingga pukul 21.15. Satu hal yang tidak pernah menghindar dari dalam diri saya hingga saat ini, sebuah perasaan. Ya, perasaan kecil dan miskin. Jika menengok tiap sisi perpustakaan, ada ribuan bahkan puluhan ribu buku tersusun rapi di sana. Di tengah-tengah ribuan buku itulah saya menyadari betapa banyak hal yang belum saya ketahui. Betapa minimnya pengetahuan yang saya miliki saat ini. Betapa kecilnya saya. Karena itu, rasanya tidak berlebihan ungkapan Henry Ward Beecher, “Where is human nature so weak as in the bookstore?” Di manakah manusia begitu nampak lemah sebagaimana ketika ia berada di toko buku? Ya, di sanalah saya nampak begitu bodoh.

Sejatinya perpustakaan adalah sabahat dikala suntuk dan bukan sahabat yang mempersuntuk. Sahabat dikala bersuka. Tapi dasar si pemalas ulung, perpustakaan bak kamar dengan kasur empuk yang siap membuat badan layu seketika. Ya, rasanya bukan antusias malah mengantuk tak ketulungan. Lagi pula, perpustakaan yang sejatinya tempat berdiam diri, menimba ilmu adakalanya beralih fungsi. Ya, inilah salah satu persoalan yang butuh jawaban hingga saat di mana saya menuliskan uneg-uneg saya ini. 

Dalam diri seharusnya menanamkan prinsip: saya harus membaca setiap hari. Saya bersyukur, belakangan ini saya sedang bergairahnya melahap lembar demi lembar buku. Bahkan tak tanggung dalam sehari bisa menghabiskan 2-3 jam untuk membaca. Saya terus memompa diri untuk tidak berhenti membaca.
   
Yah, semestinya tidak ada alasan untuk tidak membaca. Sesungguhnya waktu begitu bersahabat dengan kita, bahkan adakalanya ia memanggil kita untuk menikmati sajian penulis mancanegara yang tersusun rapi di rak buku. Rasanya saya sangat menyesal dengan membuang banyak waktu tanpa menabung banyak ide dari mereka. Seharusnya saya makin hari makin akrab dengan buku-buku itu. Bukankah ada pernyataan begini, “pintar tidaknya seseorang sebenarnya sangat ditentukan seberapa intens ia melakukan aktivitas baca.” Semakin banyak membaca dapat dijamin ia akan semakin cerdas. Sebaliknya dapat ditebak.

Mari menilik masyarakat di negara-negara maju. Aktivitas membaca adalah bagian kebudayaan yang terus diperlihatkan dalam hidup sehari-hari. Lihat saja Jepang, membaca merupakan pekerjaan wajib dilakukan terus menerus tanpa henti. Alhasil, negara ini maju di segala bidang. Kita tidak perlu berkecil hati, meski animo membaca di negeri kita masih kurang, tetapi setidaknya dari dalam diri kita membuat sebuah terobosan: menjadikan membaca sebagai aktivitas wajib. Bukan sebaliknya menjadikan kegiatan ini menjadi pengatar tidur.

Dengan membaca kita bisa mengenal aspek kehidupan dan menyingkap misteri-misteri yang ada di alam semesta ini. Membaca bisa mengantar kita ke dunia jauh, menerawang menembus batas. Ketika kita menjadikan aktivitas membaca sebagai kegemaran kita maka saat kita tidak bersua dengan buku, rasanya ada sesuatu yang hilang.

Di sinilah refleksi ini berujung: betapa pentingnya peran buku dalam hidup dan peradaban manusia. Tidak ada cara lain untuk membuka jendela dunia selain membaca. Jadi, membacalah baik atau tidak baik keadaanmu, niscaya kita akan menggenggam dunia.

No comments:

Post a Comment

Thanks so much for taking the time to leave a comment :)

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

ShareThis