twitterfacebookgoogle plusrss feedemail
Life-ex photo banner-211_zps596e9fc0.jpg

Thursday, October 31, 2013

Maaf



Kadang iri juga dengan orang-orang yang bisa lancar menulis setiap saat, apalagi kalau melihat mereka yang bisa sampai menulis buku. Sebuah pencapaian yang luar biasa setidaknya bagi saya. Betapa puasnya mereka bisa dengan leluasa ‘melepaskan’ gagasan-gagasan yang ada di benak mereka menjadi sebuah rangkaian pikiran yang tersusun rapi membentuk paragraf-paragraf hingga bab demi bab bahkan menjadi sebuah buku yang mencerahkan. Kemudian bisa dinikmati banyak orang dari berbagai kalangan di berbagai tempat. Luar biasa, bukan?
  
Di sisi yang lain, rasa iri ini membuat tangan ini seolah ingin cepat-cepat bercengkerama dengan tuts-tuts keyboard Netbook saya dan menuangkan apa yang menjadi kegelisahan hati ini. Namun adakalanya keinginan berbanding terbalik dengan aksi. Tindakan seolah merengek menolak dengan sejuta alasan yang dipelopori si pemalas. Alhasil seuntai kalimatpun tak tertorehkan di kertas putih yang seolah-olah tak sabaran menanti ide-ide brilian itu.

Ah itulah gelagak si pemalas dengan kroni-kroninya. Selalu membuat tangan ini terhalang menyalurkan ide-ide yang berkeliaran di kepala ini. Rasanya juga, blog yang menjadi teman saya selama ini mungkin saja geram melihat si temannya yang tak kunjung datang untuk berkolaborasi menghadirkan sebuah gagasan mungkin saja bukan yang baru dijagad maya itu tetapi setidaknya memberi aroma yang lain dari yang sudah ada.

Maaf teman sudah menelantarkanmu. Seumpama sebuah rumah, engkau kini mungkin tidak berupa indah lagi. Tidak terawat, kotor dan degil. Kini mungkin rupamu pun tak semarak seperti dahulu. Yah, sekali lagi maaf kawan. Sejatinya si pemilik wajib merawatmu, merawat dengan tangan yang cekatan.

Ya, sejatinya tidak ada alasan untuk tidak menulis. Dengan banyaknya ide-ide yang berkeliaran sejatinya juga tidak jadi alasan tidak menulis karena kehabisan ide. Menulis seharusnya menjadi menu harian.

Mari menulis kembali…



Monday, October 28, 2013

Budaya Sinisme



Entah dari kota atau desa, Profesor atau Mahasiswa sebenarnya siapapun kita mempunyai potensi untuk mengubah dunia, setidaknya dunia di sekitar kita. Banyak contoh mereka yang berhasil mempengaruhi dunia bahkan mengubah dunia melalui ide, inovasi, pemikiran dan aksi mereka. Lihat saja Evan Williams penemu Twitter serta Mark E. Zuckerberg penemu Facebook mereka menjadi orang-orang yang mempengaruhi dunia dengan ide cemerlangnya. Albert Parkhouse, melalui ide berhasil membuat gantungan pakaian. Ide kecil tersebut saat ini lantas menjadi sebuah usaha yang besar. Saat ini siapa yang tidak memerlukan gantungan pakaian? Ini adalah bukti nyata jika problem sekecil apaun mungkin saja menjadi inspirasi yang bisa membuat kita berhasil. Lihat lagi Prof. Mohammad Yamin, Ia merupakan salah satu perintis puisi modern Indonesia dan pelopor Sumpah Pemuda sekaligus "pencipta imaji keindonesiaan" yang mempengaruhi sejarah persatuan Indonesia.

Mereka semua sebenarnya adalah orang biasa, yang membuat mereka beda dan spesial adalah kemampuan menghasilkan pemecahan-pemecahan baru, kemampuan mengambil resiko, menaklukan keterbatasan-keterbatasan dan kelemahan mereka. Dan mereka semua adalah pelaku yang selalu mencari solusi, tahu bagaimana mengaitkan aspirasi dan inovasi, dan apapun kondisinya, tidak ada satupun dari mereka yang meratapi dan menyerah pada nasib.

Pada kenyataannya masih bahkan cukup banyak mereka yang terus dililit  oleh energi negatif dan budaya sinisme. Mindset mereka seolah diprogram untuk melihat segala sesuatu dari sisi buruknya: yang jujur mengutarakan pendapat dicibir, kritik dan komentar dianggap musuh, yang berhasil dijegal, dan yang seharusnya mudah dipersulit. Belum lagi sikap suka banding-membandingkan tanpa sumbangsih nyata, misal sebagian mahasiswa beramai-ramai mengkritik dan mengeluh kondisi kampusnya dan memandingkan dengan kampus seberang yang konon lebih baik dari segala aspek namun lalai aksi mendukung kemajuan kampusnya. Sungguh ironis bukan?

Energi negatif dan sikap sinisme membuat orang kalah sebelum bertanding, malas mencari solusi dan meraih target. Lebih parah lagi budaya sinisme membuat orang tidak percaya diri dan hanya meratapi nasib.

Saya kira inovasi terbesar dari nenek moyang kita seperti Candi Borobudur yang pernah menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia hingga tonggak-tonggak sejarah Bangsa Indonesia: Kebangkitan Nasional, Pancasila, Reformasi dan Sumpah Pemuda yang kita rayakan hari ini, semuanya diraih oleh manusia-manusia biasa yang mendobrak segala keterbatasan dengan energi positif dan yang meniadakan budaya sinisme dalam kamus hidupnya.

Thursday, October 10, 2013

Book Report: Mari Mengenal Arkeologi Alkitab



Judul Buku       : Mari Mengenal Arkeologi Alkitab

Penulis             : David L. Baker & John J. Bimson

Penerbit           : BPK Gunung Mulia

Cetakan           : ke-3 tahun 2011

Halaman          : 248



Buku ini mengangkat masalah arkeologi dan signifikansinya bagi pemahaman akan Alkitab PL dan PB karena tidak mungkin mengerti Alkitab dengan baik tanpa pengetahuan tentang sejarah dan kebudayaan zaman kuno. Melalui arkeologi para ahli menemukan sisa peninggalan purbakala, termasuk tulisan-tulisan dalam berbagai bahasa kuno. Dengan demikian diperoleh beragam informasi mengenai kehidupan manusia dahulu, termasuk pada zaman PL dan PB.

Isi

Buku pengantar arkeologi Alkitab ini, disajikan dengan bahasa yang jelas dan lugas dimulai dengan pendahuluan yang memberi latar belakang mengenai perkembangan arkeologi Alkitab sejak abad ke-19 berikut penjelasan mengenai proses dan metode penggalian serta tujuan utama disiplin ilmu ini. Sebagai ilmu yang terus berkembang, dua perubahan dasar disebutkan telah terjadi dalam arkeologi selama paruh kedua abad lalu: Pertama, pemanfaatan teknologi modern seperti analisis radio karbon dan aktivasi neutron untuk memperkirakan usia bahan peninggalan organik dan anorganik; Kedua, perubahan tujuan arkeologi Alkitab sendiri dari pembuktian kebenaran peristiwa yang dituturkan di dalamnya kepeda penyedia informasi yang memberi latar belakang bagi berbagai peristiwa dan kebiasaan manusia pada zaman yang bersangkutan.

Ditinjau dari segi isinya, bahan-bahan arkeologis yang sajikan tergolong sangat komprehensip mulai dari Perjanjian Lama sampai dengan Perjanjian Baru. Penulis memaparkan berbagai informasi arkeologis mengenai kehidupan dan sejarah dalam kedua Perjanjian. Sebagai contoh, dari zaman Perjanjian Lama, pembaca dapat menyimak perkembangan penulisan mulai dari kuneiform, hieroglif hingga penggunaan alfabet (bab 3), kisah penciptaan dunia seperti Enuma Elish, Gilgames dan Atrahasis (epos air bah) (bab 4), adat istiadat para nenek moyang dan perbandingannya dengan informasi dari tulisan Nuzi dan Ugarit (bab 5), pro dan kontra mengenai bukti arkeologis berkaitan dengan peristiwa dari Mesir dan pendudukan Kanaan (bab 4-5), berbagai prasasti dan ostrakon, silinder mengenai permulaan masa Kerajaan Israel, pembuangan hingga kembalinya Israel dari pembuangan (bab 8-10). Dari zaman antara kedua Perjanjian hingga Perjanjian Baru, pembaca dapat menemukan uraian tentang naskah-naskah Laut Mati dan penggalian di Qumran (bab 12), kesaksian seperti tulisan Filo, Yosefus, prasasti, Pilatus, bukti-bukti mengenai teks Perjanjian Baru (bab 13), data arkeologhis mengenai Bait Suci dan istana Herodes, benteng Masada (bab 14), dan diskusi mengenai lokasi-lokasi seperti praetorium, Golgota, makam Yesus (bab 15).

Pada bagian penutup diberikan suatu rangkuman mengenai manfaat arkeologi bagi studi bahasa, kebudayaan dan sejarah yang relevan dengan Alkitab. Di bagian ini penulis pada dasarnya menegaskan kembali pandangan mereka mengenai intepretasi berbagai bahan arkeologis serta relevansinya dengan iman dan pengetahuan Alkitab.

Melalui arkeologi, hubungan Alkitab dengan tulisan-tulisan kuno yang lain menjadi lebih jelas, baik persamaannya maupun perbedaannya. Arkeologi juga menerangkan latar belakang zaman Alkitab dengan meneliti kebudayaan di Timur Tengah kuno serta dunia Yunani dan Romawi. Dan arkeologi sangat penting untuk melengkapi sejarah zaman Alkitab serta mendukung kebenaran laporan di dalam Alkitab sendiri. Di sinilah terlihat bahwa arkeologi mendukung kebenaran berbagai segi sejarah yang berkenaan dengan Alkitab.

Sampai sekarang hasil arkeologi menguatkan kebenaran sejarah Alkitab secara garis besar sehingga otentisitas laporan-laporan tersebut tidak perlu diragukan lagi. Namun, di sisi lain, disadari pula keterbatasan data arkelogis yang tidak mungkin membuktikan kebenaran Alkitab secara keseluruhan.

Komentar

Sesuai judul bukunya, Mari Mengenal Arkeologi Alkitab, penulisan buku ini hendak mengantar pembaca pada pemahaman yang mendasar tentang dunia arkelogi secara khusus arkeologi Alkitab. Buku ini tidak hanya ditujukan kepada pembaca akademisi saja melainkan kaum awampun bisa membaca dan menikmati uraian yang akademis. Bahasa yang jelas dan lugas akan memudahkan pembaca memahami setiap paparan dengan baik. Meluaskan wawasan mereka mengenai latar belakang dunia dan sejarah Alkitab akan di dapat melalui buku pengantar ini.

Secara keseluruhan buku ini sangat baik untuk dibaca menambah pengetahuan akademis serta menjadi renungan yang akan membuat kita berpikir kembali sejenak betapa besarnya Tuhan yang menciptakan dunia ini yang tidak bisa ukur dengan kemampuan intelek manusia yang terbatas ini. Secara keseluruhan buku ini sudah mencapai tujuan penulisannya yakni memberikan pengantar bagi pembaca awam maupun akademisi.

Uraian dalam buku ini sangat informatif. Banyak membahas dan membertahukan pembaca tentang seluk-beluk dunia arkeologi secara khusus arkeologi Alkitab yang akan menambah pengetahuan akademis pembaca. Ke dua penulis  telah menghimpun dan berhasil menyusun dengan ringkas dan apik bahan-bahan pokok untuk bidang yang rumit ini. ilutrasi-ilustrasi yang dimuat, meskipun hanya hitam putih, turut memberi gambaran yang hidup bagi para pembaca masa kini.

Tentu saja buku ini bukanlah buku yang sudah sempurna dan komplit dalam memberikan pengantar ke dalam dunia arkeologi. Masih dibutuhkan referensi-referensi lain untuk menambah kasanah ilmiah para pembaca.  Selain itu penguraian dalam buku ini banyak memuat istilah-istilah yang mungkin asing bagi pembaca awam karena dapat dipastikan keseluruhan isi buku ini bersifat scientifik (arkeologi). Meski demikian, ini tidak akan menghambat kecintaan kita pada sumber bacaan dunia arkeologi yang erat kaitannya dengan Alkitab yang kita baca dan renungkan saat ini.

Kesimpulan

Hingga kini arkeologi terus meneguhkan keakuratan sejarah Alkitab dengan bukti yang faktual dan eksternal yang dikumpulkan dalam penggalian ilmiah. Arkeologi terus meneguhkan bahwa Alkitab itu unik dalam keakuratan pernyataan sejarahnya. Apa pun bentuk ujian keakuratan tersebut, Alkitab selalu berhasil menunjukkan kesahihannya. Mereka yang ingin menemukan buku pengantar ke dalam dunia arkeologi yang mudah, perlu membaca buku bagus ini.  Sangat di sarankan untuk membaca buku ini untuk menambah bahkan memperdalam pemahaman kita baik mahasiswa teologi maupun kaum awam akan banyak mendapat pengatahuan baru dalam buku ini.


 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

ShareThis