twitterfacebookgoogle plusrss feedemail
Life-ex photo banner-211_zps596e9fc0.jpg

Wednesday, February 20, 2013

TENTERAM DI DALAM LEMBAH KEKELAMAN







Yohanes 14:27; Filipi
4:4-9







Hidup yang bersukacita adalah
kehendak TUHAN dalam kehidupan orang percaya. Sukacita berbicara ketentraman
jiwa. Damai sejahtera yang Alkitab bicarakan adalah unik, sejati dan spesial (Yoh.
14:27). Damai sejahtera yang Allah karuniakan kepada manusia adalah damai yang
tidak pernah terpikir oleh manusia (Fil.4:4-9). Damai sejati tidak akan pernah ditemukan
manusia dalam proses pencariannya, karena pada hakekatnya damai sejati adalah
bersifat anugerah.





Dikatakan damai sejati karena
bukan bersifat sementara atau hanya penampilan belaka. Damai sejati tidak
tergantung atau dipengaruhi situasi. Selain itu mengapa dikatakan damai yang
sejati karena dijamin oleh Allah sendiri. Dia Allah penentu dan penjamin dalam
sejarah kehidupan manusia. Allah sejak semula telah merancang damai sejahtera (Shalom)
bagi kehidupan manusia. Namun ketika manusia jatuh dalam dosa, dosa mencemari
seluruh aspek hidup manusia saat itulah tidak ada damai dalam hidupnya.





Firman Tuhan hari dalam Yohanes
14:27, Yesus mengatakan ada damai dalam Dia yang dunia tidak dapat berikan.
Kedamaian sejati hanya ada dalam Yesus. Damai yang mendamaikan manusia dengan
Allah, damai yang mendamaikan manusia dengan alam dan sesamanya, damai yang
menjamin manusia tidak akan binasa melainkan beroleh hidup kekal. Dalam kehidupan ini tentu kita
pernah bahkan sering merasakan tidak ada damai. Mengapa kita masih mengalami
rasa tidak damai? Melalui Filipi 4:4-9 kita diberitahukan ada penghalang-penghalang
yang menghalangi orang percaya hidup bersukacita. Penghalang sukacita  itu adalah:





1.      
Sifat
Keakuan (Filipi 4:4)


Sifat keakuan
ini bisa merekrut kedamaian dalam hidup manusia. Bagi Paulus inti pertikaian
adalah menganggap diri utama. Bagi Paulus inti sukacita bukan berfokus pada diri
tapi ketika melihat orang lain (Fil 1:4; 2:17). Sukacita bagi Paulus berbuat
baik pada sesama (4:5). 





2.     
Rasa
Kuatir (Filipi 4:6)


Orang yang
kuatir tidak mungkin bersukacita. Rasa kuatir timbul karena manusia merasa ia
terbatas. Maka itu manusia tidak bisa mengandalkan diri untuk mencari rasa
damai. Untuk itu buanglah rasa kuatir, berharap dan bergantunglah pada Dia
karena Dia sanggup beri damai sejati dalam hidup ini. 





3.      
Kebiasaan
Kita (Filipi 4: 8-9)


Dunia membuat kita
terbiasa mengikuti jalannya yaitu mengikuti cara yang dianggap dunia sebagai
jalan keluar. Namun firman Tuhan mengingatkan kita agar merenungan Firman (Filipi
4:8; Mazmur 1). Tidak hanya itu saja kita diajak untuk melakukan firman itu
dalam kehidupan kita.





Di Tahun yang baru
ini mari membiasakan diri memikirkan orang lain lebih utama, menyerahkan
kekuatiran pada Tuhan dan jangan andalkan diri serta membiasakan merenungkan
dan melakukan firman Tuhan maka Allah sumber damai sejati akan menganugerahi
damai yang sejati.


Tuesday, February 12, 2013

KEBERSAMAAN DALAM KERAGAMAN











Kompas Kampus. Pada
masa lampau memang budaya Tionghoa nyaris tak punya tempat untuk tampil secara
terbuka di depan publik Indonesia. Barulah setelah demokrasi bergulir  warga Indonesia etnis Tionghoa dengan segala
macam bentuk seni-budayanya lambat laun diterima dan bahkan kini sudah
memperoleh tempat di republik ini. Tentu ini merupakan sebuah awal yang baik.
Sebab, di tengah kemajemukan budaya Indonesia ini, masa depan Indonesia sangat
membutuhkan persatuan dan tolerasi yang tinggi dari setiap warganya. Tanpa itu,
Indonesia dapat terjebak dalam konfik dan ancaman disintegrasi.


Budaya
Tionghoa dengan keanekaragamannya harusnya dilihat sebagai salah satu aset
berharga bangsa Indonesia yang patut dijaga dan dilestarikan. Aset dimana
sumber kekuatan terletak, yang kemudian bisa membuka mata dunia melihat
Indonesia sebagai negara Bhineka Tunggal
Ika
yang memiliki nilai luhur, negara kuat dengan segala kekayaannya.


Perbedaan
dalam kepelbagaian sejatinya  adalah
harmoni indah jika diserta penerimaan dengan rasa hormat dan cinta. Momentum
perayaan Imlek harusnya disikapi dengan kecintaan yang makin bertambah atas
kebudayaan Indonesia yang serba majemuk serta menjadi ajang mengormati satu
sama lain. Imlek merupakan sebuah momen kebersamaan dalam keragaman Indonesia. Tak
akan salah bila bibir berucap: Gong Xi Fa
Cai
bagi sahabat yang merayakan Imlek. Serangkaian kata sederhana bermakna
dalam tanda kita bangga sebagai bangsa dengan berbagai budayanya. (Kompas Kampus edisi 12 Februari 2013)


Thursday, February 7, 2013

TANGGALKAN TOPENGMU!









2 Korintus 10:9-10





Dalam kehidupan sehari-hari tentu
kita semua tahu tentang topeng. Topeng seringkali digunakan untuk berbagai hal
(film, drama, dll). Namun ternyata dalam kehidupan ini ada juga topeng-topeng
yang seringkali disalahgunakan yang kemudian menimbulkan masalah dalam diri
manusia. Topeng digunakan orang agar tampil beda. Tidak heran kemudian ada
begitu banyak orang yang mengenakan topeng agar terlihat berbeda dari aslinya, agar
dapat menyenangkan orang lain. Namun tanpa disadari ketika seseorang mengenakan
topeng sebenarnya ia membiarkan dirinya dirusak yang kemudian tinggal menunggu
waktu kehancuran dalam hidupnya.





Dalam 2 Kor. 10:9-10
memperlihatkan bagaimana Rasul Paulus membela diri terhadap pengkritik yang iri
terhadapnya. Pada waktu itu ada guru-guru palsu, pengajar-pengajar yang ahli
berfilsafat dan fasih berpidato yang merasa iri dan terganggu posisi/kedudukan
mereka di hadapan warga Korintus. Mereka kemudian iri serta terusik terhadap
kehadiran Paulus yang penampilannya tidak menarik, tidak sekolah pidato, yang
bicaranya biasa-biasa saja namun memiliki banyak pengikut dalam waktu yang
singkat. Mereka kemudian melakukan provokasi terhadap jemaat di Korintus dengan
menyatakan bahwa Paulus adalah seorang yang tidak konsisten. Mereka menyatakan
Paulus tidak tampil seperti apa adanya. Di surat meneggur dengan tegas dan keras
namun ketika berhadapan muka tidaklah demikian. Lalu Paulus dalam pembelaannya
mengatakan bahwa dia bukan orang seperti yang dituduhkan, dia selalu tampil apa
adanya, dalam surat begitu tegas demikian pula ketika berhadapan muka. Paulus
tidak memakai topeng, ia tidak menunjukan dirinya yang berbeda ketika hadir
berhadapan muka dengan jemaatnya. Paulus memberi telandan tetap konsisten dan
tampil apa adanya.





Berikut ini topeng-topeng yang
harus kita tanggalkan dalam kehidupan kita sebagai orang percaya
; 





1. Topeng yang menunjukan Aku tidak ada masalah  


Jangan pernah menampilkan diri seolah-olah
tidak pernah punya masalah. Jujur terhadap diri dan tentunya terhadap TUHAN
bahwa sesungguhnya kita punya masalah dan butuh jalan keluar.
 





2. Topeng Inkonsistensi 


Ketika seseorang tidak konsisten dalam
hidupnya maka lamban laun inkonsistensi tersebut akan merusak dirinya (dia
menjadi orang tidak jelas dan tegas).
 





3. Topeng Penipuan


Jangan pernah menunjukkan diri kita benar padahal
sebenarnya tidak. Tuhan Yesus dalam Mat 5:37 berkata:  “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika
tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari
si jahat.”





Belajar dari Paulus yang tampil apa adanya mari kita menjadi
orang bahagia dengan menanggalkan topeng-topeng yang mungkin kita kenakan,
berganti dengan apa adanya disertai kemurnian hati. Jangan biarkan diri kita
tidak memperkenankan hati TUHAN dengan tampilan kita yang tidak original. Tanggalkan
topengmu!









Tuesday, February 5, 2013

Signifikansi Bibliologi Bagi Mahasiswa Teologia









Pemahaman yang baik dan benar akan
doktrin Bibliologi secara langsung akan mempengaruhi banyak hal dalam hidup
seorang mahasiswa teologia secara khususnya. Pemahaman yang baik akan doktrin
ini,  membuat mahasiswa yang bersangkutan
makin mencintai Alkitab sebagai Wahyu Allah dan mendorongnya untuk
mempelajarinya dengan sikap hormat serta tunduk pada otoritas dan kewibawaannya.
Pemahaman yang benar akan mendorong mahasiswa bersangkutan mempertanggungjawabkan
keyakinan dengan baik dan bertanggung jawab terhadap serangan-serangan dari
luar yang menentang kebenaran Alkitab. Pemahaman yang baik membuat mahasiswa
bersangkutan memiliki dasar doktrin yang kokoh dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian Bibliologi memiliki
arti penting dalam kehidupan para mahasiswa teologia. Sehingga sebagai
mahasiswa, mutlak harus memiliki pemahaman dan pengertian yang memadai akan
doktrin ini.  





Apa
yang terjadi jika mahasiswa teologia memiliki pandangan yang skeptis terhadap
doktrin Bibliologi?





Sudah
bisa ditebak apa hasil atau akibatnya jika seorang mahasiswa teologia bersikap
skeptis terhadap doktrin Alkitab. Sudah pasti mahasiswa yang bersangkutan akan
memiliki sikap penuh ragu akan kesahihan Alkitab. Alkitab akan dipandang
sebagai buku biasa yang tidak lepas dari kesalahan dalam naskah aslinya maupun
salinannya. Sikap skeptis demikian juga akan mempengaruhi bagaimana bersikap
terhadap Alkitab (sikap curiga, tidak hormat dalam meneliti dan menafsir
Alkitab). Dengan demikian sikap skeptis terhadap doktrin Bibliologi akan
menghasilakan pandangan yang menganggap Alkitab bisa salah dan bahkan bukan
Firman Allah. Yang pada akhirnya berimbas kepada pengenalan Allah Tritunggal
yang keliru bahkan salah. Doktrin-doktrin yang menyimpang dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Sungguh menguatirkan pandangan demikian telah meluas di
beberapa Sekolah Tinggi Teologi yang cukup terkenal di Indonesia.





Bagaimana
Bibliologi mempengaruhi doktrin?





Mengapa
kekristenan di Indonesia secara khusus dan di dunia secara umum memiliki pemahaman
teologi yang berbeda satu sama lain? Tidak dapat disangkal bahwa semuanya
disebabkan oleh tingkat pemahaman doktrin Bibliologi. Dengan demikian doktrin
ataupun pengajaran yang dibawakan akan dipengaruhi oleh Bibliologi. Pemahaman
dan pengertian yang baik dan benar akan doktrin Bibliologi akan menghasilkan
doktrin yang baik dan benar.


Doktrin
Bibliologi secara langsung akan mempengaruhi doktrin-doktrin yang di anut
karena pemahaman terhadap Alkitab yang baik dan benar menjadi dasar dari segala
doktrin. Jika seorang mahasiswa teologia tidak memiliki pemahaman yang baik dan
benar akan doktrin ini maka dapat dipastikan, mahasiswa yang bersangkutan pula
akan memiliki pemahaman yang keliru dan belum memadai tentang doktrin-doktrin
Kristen lainnya yang tersusun dalam rangkaian pengajaran sistematika lainnya.


          Bagaimana seseorang bersikap terhadap
Alkitab mempengaruhi seluruh doktrin atau ajarannya. Maka dari itu dasar dan
kekhususan dari setiap pemahaman doktrinal haruslah didasarkan pada Alkitab,
Alkitab saja yang merupakan satu-satunya dan cukup itu saja sebagai dasar dari
iman, doktrin dan hal-hal praktis.


        Alkitab merupakan wujud tertulis
penyataan Allah, dengan demikian Alkitab merupakan sumber terpenting teologi
Kristen. Maka dari itu Alkitab hendaknya diterima sebagai sumber teologia yang
paling menentukan dan dalam hal ini doktrin Bibliologi memeriksa Alkitab  untuk melihat apakah kepercayaan itu benar
atau tidak. 


 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

ShareThis