twitterfacebookgoogle plusrss feedemail
Life-ex photo banner-211_zps596e9fc0.jpg

Thursday, November 29, 2012

Home » , » PANDANGAN ALKITAB TENTANG STRUKTUR MANUSIA

PANDANGAN ALKITAB TENTANG STRUKTUR MANUSIA









PENDAHULUAN





          Tidak
dapat sangkal dalam ajaran kekristenan, dokrin Manusia khususnya tentang
struktur manusia adalah topik yang hangat yang menimbulkan silang pendapat yang
tidak akan berakhir dengan pandangan-pandangan yang berbeda oleh para teolog
dari abad ke abad. Berbagai pandangan mengenai struktur manusia seperti
dualisme (yang mempertentangkan tubuh dan jiwa), dikhotomi (manusia terdiri
dari dua unsur yakni tubuh dan jiwa/roh), ataupun trikhotomi (manusia terdiri
dari tiga unsur yakni tubuh, jiwa dan roh). Henry C. Thiessen berkata: ”Gereja
Barat umumnya menerima pandangan dikhotomik; sedangkan gereja Timur umumnya
menerima pandangan trikhotomik.[1]
Fakta ini menurut penulis menambah daftar panjang perdebatan dalam kalangan kekristenan
dalam lingkup teologi Kristen khususnya serta timbulnya perasaan masa bodoh dari
kalangan kaum awam untuk mencintai teologi itu sendiri, yang justru dikarenakan
oleh berbagai pandangan yang berbeda serta perdebatan mengenai topik ini yang
tiada berakhirnya.


          Berdasarkan
fakta di atas mengenai berbagai pandangan tentang struktur manusia yang
akhirnnya banyak menimbulkan kebingungan dari banyak orang termasuk penulis
sendiri untuk memutuskan mana yang harus dipegang, bahkan perdebatan yang tidak
pernah akan usai maka dalam semangat untuk mengerti kebenaran Alkitab penulis
mencoba menguraikan pandangan mutlak Alkitab mengenai berbagai pandangan
struktur manusia serta pendapat para ahli sebagai perbandingan dan akhirnya
pandangan penulis sendiri sebagai jawaban sementara atas masalah yang
dikemukakan di atas.





PEMBAHASAN


I.            
Pandangan Teori Trikotomi


Teori ini menganggap bahwa manusia
terdiri dari tiga unsur yakni tubuh, jiwa dan roh.  Teori ini mengacu pada 1 Tes. 5:23 dan Ibr.
4:12 yang menjadi dasar argumen mereka. Mengenai hal ini Harun Hadiwijono
berkata: “Seolah-olah ayat-ayat ini memberi kesan, bahwa Alkitab mengajarkan
apa yang disebut trikhotomi.”[2]


Anthony A. Hoekema berkata: “Pandangan
ini harus ditolak karena nampaknya merusak kesatuan manusia. Istilah trikotomi itu sendiri menunjukkan bahwa
manusia bisa dibagi menjadi tiga “bagian”: trikotomi
berasal dari dua kata Yunani, tricha,
“rangkap tiga” atau “menjadi tiga” dan temnein,
“memotong.”
[3]  Jelaslah bahwa teori ini memilah-milah unsur
manusia menjadi tiga bagian yang berdiri sendiri-sendiri. Penulis dengan tegas
menolak pandangan ini, karena manusia adalah satu kesatuan yang tidak dapat
dipilah-pilah.





II.           
Pandangan Teori Dikotomi


Jikalau teori trikotomi manusia terdiri
dari tiga bagian yang berdiri sendiri, teori justru ini beranggapan bahwa
struktur manusia hanya terdiri dari dua bagian saja yakni tubuh, jiwa/roh.
Strong yang dikutip oleh Thiessen mengatakan:


“Bagian manusia yang tidak badaniah,
bila dipandang sebagai kehidupan individual dan sadar, mampu memiliki dan
menggerakkan organisme fisik, dinamakan psuche;
bila dipandang sebagai unsur yang rasional dan moral, peka terhadap pengaruh
dan penguasaan ilahi, disebut pneuma.
Dengan demikian pneuma merupakan
sifat manusia yang senantiasa mengarah kepada Allah, dan mampu untuk menerima
serta menyatakan Pneuma hagion;
sedangkan psuche adalah sifat manusia
yang mengarah ke bumi dan menyentuh dunia indra. Pneuma adalah bagian yang lebih luhur dari manusia karena
berhubungan dengan berbagai realitas rohani atau mampu berhubungann secara
rohani. Dengan demikian wujud manusia itu bersifat dikhotomis dan bukan
trikhotomis, karena bagian yang tidak badaniah itu (pneuma dan psuche),
sekalipun berbeda kemampuannya, tetap merupakan satu kesatuan hakekat.”[4]


Thiessen menguraikan setidaknya ada
tujuh fakta yang mendukung teori ini, misalnya: a) Allah menghembuskan ke dalam
manusia satu prinsip saja, yaitu jiwa yang hidup (Kej. 2:7). Dalam kitab Ayub
27:3 “hidup” (dalam Alkitab TB disebut “napas”) dan “roh” nampaknya dapat
dipertukartempatkan (lit. Ayub 33:18). b) Alkitab mengatakan bahwa baik “roh”
maupun “jiwa” dimiliki oleh semua mahkluk ciptaan Allah sekalipun jiwa atau roh
di dalam binatang sifatnya tidak rasional dan fana, sedangkan jiwa atau roh
manusia itu rasional dan tidak fana (Pengkh. 3:21; Why. 16:3).[5]


Meskipun nampaknya didukung fakta
Alkitab yang cukup jelas, namun harus diperhatikan asal katanya yang
notabenenya bersifat pemisahan. Enns misalnya menerangkannya demikian:
“Dikotomi berasal dari kata Yunani dicha,
“dua”, dan temno, “memotong”. Jadi
manusia adalah keberadaan yang terdiri dari dua bagian, yaitu tubuh dan jiwa.”[6]
Nampak jelas bahwa  seperti halnya
penganut trikotomi pandangan ini juga nampaknya memisahkan unsur manusia dari
kesatuannya. Dan sudah jelas Alkitab tidak pernah mengajarkan hal demikian
bahwa manusia terdiri dari dua unsur yang berbeda.





III.         
Pandangan Alkitab


Setelah menguraikan kedua pandangan di
atas maka saat ini bagaimana pandangan Alkitab sendiri. Berkhof  beranggapan bahwa Alkitab memegang pandangan
dikhotomi, ini dapat dilihat dari ungkapannya berikut:” Penjelasan yang ada
sampai sekarang tentang manusia dalam Alkitab jelas dikhotomis.” Selain itu ia
juga mengatakan: “Jadi Alkitab menunjukan hanya dua saja elemen konstitusional
dalam natur manusia yaitu tubuh dan roh atau jiwa.”[7]
Dari ungkapanya ini jelas Berkhof percaya bahwa manusia terbagi dari dua unsur.


          Namun
harus diperhatikan Alkitab memang mengunakan kata-kata yang dipakai untuk
menjelaskan aspek manusia, namun jikalau Alkitab memegang teori dikhotomi
bukankah teori dikhotomi dan trikhotomi mengajarkan dualisme. Yang oleh Harun
Hadiwijono mengartikanya sebagai: “Ajaran yang mengakui adanya dua zat yang
saling bertentangan secara asasi.[8]
Jelaslah bahwa Alkitab tidak mengajarkannya.


          Nampaknya
agar kita memiliki pemahaman yang jelas tentang pandangan Alkitab sendiri
mengenai manusia sebagai pribadi yang utuh, cara terbaik adalah mempelajari
atau menelaah istilah-istilah yang dipakai Alkitab dalam menjelaskan aspek
manusia itu sendiri. Namun perlu diperhatikan setidaknya kita harus memahami
kaidah atau cara menafsir yang baik, sehingga kita tidak salah dalam menafsirkan
Firman Tuhan. Berhubung dengan bahasan ini misalnya yang perlu kita perhatikan
dalam menafsirkan satu bagian teks Alkitab adalah jenis bahasa yang digunakan dalam
Alkitab. Mengenai hal ini W. Gary Crampton berkata: “ Untuk mengeksegese Firman
Allah secara tepat kita perlu memahami jenis bahasa yang dijumpai dalam Alkitab
dan bagaimana kita harus mempelajarinya.[9]


Mengenai 1 Tes. 5:23 dan Ibr. 4:12,
yang menjadi dasar argumen para penganut trikotomi, nampaknya tidaklah tepat
jikalau langsung diintepretasikan sebagai ayat-ayat yang membicarakan pembagian
struktur manusia tanpa analisa yang cermat terlebih dahulu. Harun misalnya
mengatakan: “ Yang menjadi pokok pembicaraan dalam Ibr. 4:12 adalah Firman atau
Sabda Allah. Firman Allah bukanlah Sabda yang kosong, yang mati, melainkan
sabda yang hidup dan berkuasa, serta yang tajam melebihi pedang bermata dua
manapun.”[10] Jelaslah ayat bagi kita
bahwa ayat ini tidak sedang berbicara mengenai struktur atau bagian-bagian
manusia.


Sebagai orang Kristen yang percaya
kepada Alkitab, sabda Allah, kita seharusnya mempertimbangkan penjelasannya
mengenai manusia, dan satu hal yang perlu kita ingat bahwa Alkitab bukanlah
buku uraian yang menjelaskan fakta ilmiah tentang struktur manusia.


IV.         
Pandangan Penulis


    
Adapun pandangan penulis sendiri mengenai struktur manusia, penulis
berpendapat bahwa memang manusia bersifat jasmaniah dan rohaniah tetapi tubuh,
jiwa/roh adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
lain. Seperti halnya yang diungkapkan Harun Hadiwijono bahwa: “Adalah
bertentangan dengan maksud Alkitab, jikalau diajarkan, bahwa manusia terdiri
dari badan, jiwa dan roh sebagai zat yang berdiri sendiri-sendiri.”[11]
Sedangkan Isak Roedi dalam diktat Teologi PL-nya mengatakan:


”Adanya ungkapan-ungkapan seperti basar
(daging atau tubuh), nepes (jiwa) dll. Sebenarnya hanya mau menunjukan bahwa
manusia diciptakan Tuhan sebagai mahluk badani dan sekaligus pula sebagai
mahluk rohani. Jadi ini hendak menunjuk pada dua segi hidup manusia yang satu
(ibarat dua sisi dari satu uang logam yang sama).[12]


Hoekema berkata: “ Manusia harus dilihat di dalam
totalitasnya, bukan sebagai susunan yang terdiri dari berbagai “bagian” yang
berbeda. Inilah ajaran yang jelas dari PL maupun PB.”[13]


Jadi menurut penulis Alkitab tidaklah
mengajarkan mengenai pembagian struktur manusia seperti yang diajarkan oleh
psikologi, filsafat, teori dikotomi maupun trikotomi, bahwa manusia terdiri
dari tubuh, jiwa dan roh, tetapi Alkitab menyatakan bahwa Allah yang hidup dan
berkuasa itu menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya supaya manusia
ciptaan-Nya itu bisa bersekutu dengan Dia dan sesamanya. Manusia harus dilihat
secara satu kesatuan bukan sebaliknya.





KESIMPULAN


Dari pemahasan ini penulis menyimpulkan
bahwa Alkitab tidaklah mengajarkan teori dikhotomi maupun trikhotomi yang
diperdebatkan oleh para teolog. Struktur manusia adalah satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahakan satu dengan yang lainnya sehingga kita sebagai orang
percaya tidak usah berdebat mempertahankan pendapat yang dinggap benar yang
justru merusak kesatuan tubuh Kristus. Penulis menyadari uraian dalam paper ini
bukanlah suatu kebenaran akhir, tetapi ini hanya sebagai perbadingan kita saja.
Karena kita percaya Allah sumber kebenaran sejati itu pada waktunya akan mengungkapkan
kebenaran itu kepada kita umat yang menantikan-Nya.


















[1] Henry
C. Thiessen, Teologi Sistematika (Malang:
Gandum Mas, 2008), 244. Bahkan Louis Berkhof mengatakan :
”Konsep trikhotomis manusia memperoleh dukungan kuat di kalangan bapak-bapak
Gereja dari Yunani maupun Alexandria pada abad-abad pertama.” Louis Berkhof, Teologi Sistematika, Doktrin Manusia
(Surabaya: Momentum LRII, 1994), II:24. Lihat juga penjelasan Paul Enns yang
senada dalam bukunya, The Moody Handbook
of Theologia
(Malang: Literatur SAAT, 2010), I:378.




[2] Harun
Hadiwijono, IMAN KRISTEN (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1991), 179.




[3] Anthony A. Hoekema, Manusia: Ciptaan Menurut Gambar Allah (Surabaya:
Momentum,2003), 226. Lih. Juga Enns The
Moody Handbook of Theologia
, I:378.




[4] Thiessen, Teologi, 244.




[5] Ibid,
244-245. Yakobus mengatakan, tubuh tanpa jiwa itu
mati. Alkitab juga mengatakan, pada waktu Elia membangkitkan anak budak, maka
jiwanya kembali kepada tubuhnya, dan anak itu hidup kembali. Dengan demikian
unsur jiwa yang tidak kelihatan dan unsur tubuh yang kelihatan, merupakan dua
unsur yang membentuk manusia. Inilah dasar Alkitab dikotomi (oleh Pdt. Dr.
Stephen Tong. http://dennytan.blogspot.com/2008_06_16_archive.html) Lihat juga
penjelasan Paul Enns yang senada dalam bukunya, The Moody.., I:379.




[6]Paul  Enns, The Moody Handbook of
Theologia
(Malang:
Literatur SAAT, 2010), I:378.




[7] Berkhof, Teologi,
26.




[8] Hadiwijono, IMAN, 179




[9] W. Gary Crampton, Verbum Dei-Alkitab: Firman Allah (Surabaya: Momentum, 2008), 111.
Dalam Diktat mata kuliahnya Isak Roedy menyebutkan khususnya dalam PL ada dua
bentuk bahasa, yakni 1.Bah. Stereometris (bah. yang
menggunakan dua kata atau lebih untuk mengungkapkan segenap keberadaan
seseorang; dan kata-kata tersebut acapkali pula saling berdekatan artinya serta
digunakan secara silih berganti, mis dalam Mzm. 84:3, Ams 2:10). 2.
Bah. Sintetis (Satu anggota tubuh misalnya dimaksudkan untuk seluruh tubuh itu
sendiri, mis dalam Yes 52:7). Diktat TPL Oleh Pdt. Isak Roedi M.Th.




[10] Hadiwijono, Iman..,180. Lihat juga penjelasan Berkhof, Teologi.., 30.




[11] Ibid,
180.




[12] Diktat TPL Oleh Pdt. Isak Roedi M.Th. Bruce Milne berkata: “Menurut Alkitab, manusia tidak terdiri dari
beberapa bagian yang digabung, apakah dua bagian atau tiga, melainkan merupakan
kesatuan psikosomatis. Istilah yang digunakan Alkitab -- "tubuh",
"jiwa", "roh", "hati", "akal budi" dan
sebagainya -- kesemuanya hanya merupakan cara yang berbeda-beda untuk melihat
pribadi yang satu itu.” Bruce Milne, Mengenali
Kebenaran
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), 137.




[13] Hoekema, Manusia:
Ciptaan Menurut Gambar Allah
, 280.




2 comments:

  1. Hi Immanuel,

    Saya rasa kesimpulan kamu tepat, bahwa manusia itu tidak dapat dipisah-pisahkan tubuh dari jiwa/rohnya. Oleh karenanya akan ada hari kebangkitan, hari ketika seluruh manusia akan diberikan tubuh yang baru yang kekal.

    Namun demikian, sedikit warning saja, menurut saya artikel ini terlalu berpusat pada manusia, sedangkan Alkitab berpusat pada Allah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Ko Fredd atas responya, perihal kontentnya memang sedari awal sudah difokuskan pada struktur manusia dalam hal ini perspektif Alkitab tentang susunan struktur manusia, sehigga kontentnyapun menyoroti manusia itu sendiri tentu tanpa menyangkali peranan Allah di dalamnya. :)

      Delete

Thanks so much for taking the time to leave a comment :)

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

ShareThis