twitterfacebookgoogle plusrss feedemail
Life-ex photo banner-211_zps596e9fc0.jpg

Friday, January 17, 2014

Home » » Garam

Garam



Satu hal yang sangat menarik ketika Yesus mengajar, Ia memakai hal-hal kecil yang sering kita jumpai di sekitar kita seperti uang logam, domba atau beberapa murid, sejumput garam, secercah cahaya. Yesus memiliki cara mengambil apa yang tampak kecil dan tidak signifikan dan memanggil mereka untuk mengubah dunia. Dengan tujuan agar para pendengarnya mudah memahami apa yang Ia ajarkan.
 
Teks Matius 5:13 ada hal yang menarik dari ucapan Tuhan Yesus, jika kita perhatikan dalam ayat ini tidak ada kata “harus/seharusnya” di sini. Tuhan Yesus tidak mengatakan “Anda harus menjadi garam!” tetapi Tuhan Yesus hanya mengatakan “Kamu adalah garam dunia” apa arti ucapan ini? Ini mengindikasikan identitas kita sebagai umat Kerajaan Allah.
Kita adalah garam dunia dan jika kita kehilangan indentitas itu maka kita akan kehilangan kepengaruhan. Itulah mengapa Yesus berkata: “Kamu adalah garam.” Yesus menggunakan metafora garam dan terang untuk tanggung jawab kita di dunia ini. Kristen bukan hanya berbeda tetapi memiliki pengaruh kepada masyarakat.

Melalui metafora garam ini kita belajar dua hal yang terkorelasi dengan kehidupan kita sebagai seorang Kristen, yaitu garam bersifat;

Sebagai Pengawet

Di Afrika Utara ada satu jenis makanan rakyat yang lezat masyarakat di sana menyebutnya Biltong semacam daging yang diiris tipis diasinkan lalu dikeringkan, biltong bisa bertahan sangat lama, bahkan zaman dulu makanan ini dibawa oleh pengembara, proses pengawetan yang sangat baik sehingga pada biltong itu tidak perlu dicantumkan tanggal kadaluarsanya.

Baik pada zaman Alkitab maupun zaman sekarang memang garam merupakan bahan pengawet yang sangat baik. Garam akan mencegah daging dan ikan dari kebusukan, dan makanan lainnya dapat diawetkan dalam air garam.

Orang Kristen yang hidupnya menunjukan kualitas hidup sebagai orang yang diberkati akan memiliki pengaruh yang mengawetkan masyarakat sekitarnya, yang bila dibiarkan akan menjadi rusak dan membusuk. Tanpa pengaruh Injil pasti kehidupan masyarakat akan mengalami kerusakan moral dan akan membusuk.

Satu hal yang penting kita ingat mustahil kita bisa menjadi pengawet masyarakat jikalau Injil itu sendiri belum meresap dalam diri kita, kita tidak mungkin bisa menjadi daya tahan dalam kemerosotan moral jikalau kita merasakan pengaruh Injil dalam hidup kita. 

Sebagai Perasa (bumbu)

Selain sebagai pengawet garam juga berfungsi sebagai perasa, karena sifatnya yang dapat memunculkan rasa. Saudara membayangkan memakan makanan yang tanpa garam, bagaimana rasanya? Pasti tawar, hambar tidak menimbulkan daya tarik untuk memakannya bukan? Demikian halnya menjadi “bumbu” masyarakat kehadiran kita sebagai umat Allah hendaknya dapat menambah cita rasa kehidupan bukan sebaliknya. Misalnya melalui teladan dalam kehidupan kita hendaknya kita terus menjaga integritas karakter kristiani kita. Pengaruh meningkatkan dunia dan membawa sukacita hidup.

Dalam perkataan kita hendaknya membawa rasa yang enak, Paulus mengatakan bahwa kata-kata kita, seharusnya tidak hambar (Kol. 4:6). Ia menjelaskan dengan pasal pembanding dalam Efesus 4:29 :”Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, dimana perlu, supaya mereka mendengarnya, beroleh kasih karunia.” Yang menarik, dalam konteks inilah Paulus mengajar kita untuk tidak mendukakan Roh Kudus. Mengapa dalam konteks ini? Karena perkataan yang keluar dari mulut bibir kita merupakan salah satu ukuran terbaik bagi kondisi kerohanian kita!

Perkataan kita bisa mendatangkan bahaya seperti yang dipaparkan oleh Yakobus, sehingga ada istilah karena mulut badan binasa. Perkataan kitapun bisa mendatangkan berkat bagi orang lain yakni menolong serta membanngun orang lain, membangkitkan semangat mereka yanng sedang putus asa. Di atas segalanya perkataan kita merupakan alat untuk memperkenalkan Yesus.

Beberapa hari ini saya mengamati satu hal yang menarik buat saya, setiap subuh selain bunyi kendaraan ada satu bunyi lagi yang akrab menyapa telingga saya yakni suara sapu, seorang pekerja sedang menyapu membersihkan jalan. Hampir setiap subuh ia sudah mulai bekerja membersihkan jalan. Sepertinya hal ini biasa, tetapi ada satu hal yang menarik buat saya mungkin tanpa pekerja ini sendiri dan orang lain sadari, sesungguhnya pekerjaannya sudah membawa pengaruh yang baik dan bisa dirasakan banyak orang termasuk saya, mungkin tanpa dia jalan akan kotor, tidak rapi dsb. Sebagian orang lain mungkin tidak menganggap malah asyik membuang sampah. Saudara mungkin apa yang dilakukannya adalah perkara kecil sekali tetapi satu hal yang perlu kita ketahui ia telah memberi rasa bagi banyak orang, rasa nyaman, rasa indah, rasa rapi dan bersih.

Kehidupan kitapun demikian, mungkin dunia menganggap kita tidak berarti namun harus kita sadari seperti halnya garam tadi meskipun tampaknya remeh dan tak berharga ternyata dapat memberi pengaruh pada lingkungan sekitar.

Bumi membutuhkan garam, yang memiliki multiguna dan kitalah garam itu. Suatu hal kecil seperti garam- itu yang Yesus ingin pengikutnya untuk berada di dunia, marilah kita kembali hidup kita sebagai umat Allah hidup yang membawa pengaruh.

No comments:

Post a Comment

Thanks so much for taking the time to leave a comment :)

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

ShareThis