Kompas Kampus. Pada
masa lampau memang budaya Tionghoa nyaris tak punya tempat untuk tampil secara
terbuka di depan publik Indonesia. Barulah setelah demokrasi bergulir warga Indonesia etnis Tionghoa dengan segala
macam bentuk seni-budayanya lambat laun diterima dan bahkan kini sudah
memperoleh tempat di republik ini. Tentu ini merupakan sebuah awal yang baik.
Sebab, di tengah kemajemukan budaya Indonesia ini, masa depan Indonesia sangat
membutuhkan persatuan dan tolerasi yang tinggi dari setiap warganya. Tanpa itu,
Indonesia dapat terjebak dalam konfik dan ancaman disintegrasi.
Budaya
Tionghoa dengan keanekaragamannya harusnya dilihat sebagai salah satu aset
berharga bangsa Indonesia yang patut dijaga dan dilestarikan. Aset dimana
sumber kekuatan terletak, yang kemudian bisa membuka mata dunia melihat
Indonesia sebagai negara Bhineka Tunggal
Ika yang memiliki nilai luhur, negara kuat dengan segala kekayaannya.
Perbedaan
dalam kepelbagaian sejatinya adalah
harmoni indah jika diserta penerimaan dengan rasa hormat dan cinta. Momentum
perayaan Imlek harusnya disikapi dengan kecintaan yang makin bertambah atas
kebudayaan Indonesia yang serba majemuk serta menjadi ajang mengormati satu
sama lain. Imlek merupakan sebuah momen kebersamaan dalam keragaman Indonesia. Tak
akan salah bila bibir berucap: Gong Xi Fa
Cai bagi sahabat yang merayakan Imlek. Serangkaian kata sederhana bermakna
dalam tanda kita bangga sebagai bangsa dengan berbagai budayanya. (Kompas Kampus edisi 12 Februari 2013)
No comments:
Post a Comment
Thanks so much for taking the time to leave a comment :)