twitterfacebookgoogle plusrss feedemail
Life-ex photo banner-211_zps596e9fc0.jpg

Wednesday, March 13, 2013

Home » » SPIRITUALITAS SEORANG PELAYAN KRISTEN

SPIRITUALITAS SEORANG PELAYAN KRISTEN







Amsal 4:23




Banyak kasus membuktikan bahwa tokoh/pemimpin agama
sekalipun kerapkali terjerat masalah hukum. Misalkan di t
ahun
2009,
masyarakat dihebohkan oleh berita,  seorang
pemimpin pondok pesantren berinisial SP dinyatakan oleh polisi sebagai
tersangka karena melanggar UU Perkawinan dan Perlindungan Anak, setelah ia
menikahi seorang anak berusia 12 tahun sebagai istrinya yang kedua, bahkan
berencana menikahi 2 orang anak lagi untuk menjadi istri yang ke 3 dan 4.  Tahun 2012, seorang pengusaha kaya raya dan
Ketua Umum Walubi (sebuah organisasi nasional agama Buddha) berinisial SHM
dinyatakan sebagai tersangka karena terlibat tindakan pidana korupsi.  Tahun 2013, seorang tokoh spiritual lintas
agama yang berinisial AK divonis bersalah oleh Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan atas tindakan kejahatan pelecehan seksual.  Dari 3 berita yang sempat menghebohkan ini,
apakah Saudara menemukan kesamaannya? 
Mereka sama-sama tokoh agama, tetapi mereka juga sama-sama gagal menjadi
teladan karena jatuh di dalam dosa.  Lalu
bagaimana dengan tokoh agama Kristen? 
Apakah mereka jauh lebih baik? 
Tahun 2011, seorang pendeta berinisial RLS dinyatakan oleh pengadilan
bersalah atas tuduhan pornografi dan pelecehan seks terhadap anak-anak.  Tahun 2012, seorang pendeta berinisial GL
dilaporkan ke Polda Metrojaya karena melakukan pelecehan seksual terhadap adik
iparnya.  Tahun 2012 juga, seorang pastor
berinisial KH menjadi buronan polisi Singapura karena telah menggelapkan uang
sebesar 18 juta dolar.  Tahun 2013,
seorang pendeta berinisial AA dilaporkan ke polisi karena tuduhan menggelapkan
uang jemaat sebesar 4,7 T.




Mungkin di dalam hati dan pikiran
kita muncul pertanyaan: Mengapa ini bisa terjadi?  Bukankah mereka adalah para pemimpin
agama?  Bukankah mereka lebih banyak
membaca kitab suci dari pada jemaatnya? 
Bukankah mereka lebih sering mengikuti dan bahkan memimpin
kegiatan-kegiatan keagamaan? 
 Hal ini membuktikan bahwa religiositas berbeda dengan spiritualitas.


Apa
itu religiositas?  Apa itu spiritualitas?
 




Religiositas berasal dari bahasa
Latin religion yang berarti
‘menghubungkan kembali tali yang sudah putus (antara Tuhan dan manusia).’  Masing-masing agama mempunyai caranya sendiri
untuk dapat menghayati kembali hubungan manusia dengan Tuhan, misal: berpuasa,
beramal, bermeditasi, berdoa, bernyanyi, bahkan termasuk melakukan baptis dan
perjamuan kudus.  Sementara itu,
spiritualitas berasal dari bahasa Latin spiritus
artinya ‘roh, jiwa atau semangat.’  Dalam
bahasa Ibrani ruach atau bahasa
Yunani pneuma yang berarti ‘angin
atau nafas.’  Jadi spiritualitas dapat
diartikan sebagai ‘semangat yang menggerakkan sesuatu.’  Jika religiositas tampak jelas di dalam
bentuk upacara-upacara keagamaan, tetapi spiritualitas lebih berbicara tentang
semangat apa yang menggerakkan seseorang melakukan upacara keagamaan
tersebut.  Religiositas berbicara tentang
apa yang tampak di luar, tetapi spiritualitas berbicara tentang apa yang
terjadi di dalam.  Spiritualitas yang sejati akan
melahirkan religiositas yang sejati. 
Tetapi spiritualitas yang palsu akan menghasilkan religiositas yang
semu.




Oleh sebab itu, janganlah kita heran
dan terkejut jika ternyata seseorang yang kelihata keagamaannya begitu baik
(rajin beribadah, rajin membaca firman Tuhan, rajin melayani, tekun berdoa dan
berpuasa, dan bahkan fasih dalam berkhotbah), tetapi tiba-tiba dia bukan hanya
bisa jatuh ke dalam dosa, bahkan binasa oleh dosa.  Mengapa ini bisa terjadi?  Kemungkinan besar karena dia memiliki spiritualitas
yang palsu.  Dan Yesus sangat mengecam
orang-orang yang demikian, karena biasanya mereka hidup di dalam
kemunafikan.  Berulang kali Yesus
mengecam kemunafikan orang Farisi dan ahli Taurat.  Allah pun membenci segala perayaan keagamaan
orang-orang Israel karena mereka memperkaya dirinya sendiri tanpa mempedulikan
orang-orang miskin:  “Aku membenci, Aku
menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu. Sungguh,
apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran dan korban-korban
sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun,
Aku tidak mau pandang. Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu,
lagu gambusmu tidak mau Aku dengar” (Amos 5:21-23).  Seorang aktivis atau hamba Tuhan bisa
kelihatan baik di gereja dan masyarakat, tetapi di dalam keluarganya ia tampak
begitu jahat.  Inilah tanda spiritualitas
yang palsu.




Lalu,
apa itu spiritualitas yang sejati?  Spiritualitas
yang sejati lahir dari hati yang telah diperbaharui oleh Allah!
Semua
tokoh agama percaya dan mengakui bahwa hati berperan sangat penting bagi
spiritualitas.  Firman Tuhan pun
menyatakannya: “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah
terpancar kehidupan” (Amsal 4:23).




Semua
agama dan kepercayaan berusaha mengubah hati dengan cara mengolah pikiran,
perasaan, tubuh dan sosial.  Mereka
mengolah pikirannya dengan menghafal ayat-ayat dari kitab sucinya.  Mereka mengolah perasaannya dengan menganggap
semuanya adalah kosong.  Mereka mengolah
tubuhnya dengan berpuasa.  Mereka
mengolah sosialnya dengan menyendiri atau menyepi.  Tetapi semuanya itu sia-sia.  Mengapa? 
Karena manusia telah tercemar oleh dosa.  Demikian pula spiritualitas,  yang
menjadi masalah utama dan terbesar bagi
spiritualitas yaitu hati manusia yang sudah tercemar oleh dosa
.  Karena itu, sia-si
alah melatih pikiran dan
perasaan positif, melatih tubuh dan mencari lingkungan sosial yang baik, jika
hati sudah rusak oleh dosa.  Sekalipun
manusia keagamaannya begitu baik, tetapi Firman Tuhan dengan sangat jelas dan
tegas berkata: “Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Tidak ada seorang yang
berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah. Semuanya orang telah
menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorang
pun tidak” (Roma 3:10-12).  Mengapa
demikian?  Kejadin 8:21 berkata: “yang ditimbukan hatinya adalah jahat dari
sejak kecilnya
.”




Apa
solusinya?  Apakah ada jalan keluar bagi
hati yang sudah tercemar oleh dosa ini? 
Jawaban atas pertanyaan inilah yang membedakan spiritualitas Kristen
dengan spiritualitas yang lain.  Jika
spiritualitas yang lain lebih mengandalkan usaha manusia, tetapi spiritualitas
Kristen hanya bergantung kepada Allah. 
Puji Tuhan!  Kita memiliki Allah
yang begitu besar anugerah-Nya kepada kita orang berdosa ini.  Dia menyatakan janji-Nya di kitab Yehezkiel
11:19-20 “Aku akan memberikan mereka hati yang lain dan roh yang baru di dalam
batin mereka; juga Aku akan menjauhkan dari tubuh mereka hati yang keras dan
memberikan mereka hati yang taat, supaya mereka hidup menurut segala
ketetapan-Ku dan peraturan-peraturan-Ku dengan setia; maka mereka akan menjadi
umat-Ku dan Aku akan menjadi Allah mereka.” 
Hati yang baru dari Allah akan melahirkan spiritualitas yang sejati;
dan spiritualitas yang sejati akan menghasilkan religiositas yang sejati.




Bagaimana
Caranya Seorang Pelayan Kristen Tetap Dapat Memiliki Spiritualitas yang Baik?


  • Menyadari
    sepenuhnya bahwa kita terbatas dan perlu anugerah Allah
    ,
    maka seharusnyalah kita bergantung dan bersandar penuh pada Allah.  Spiritualitas yang sejati dibangun bukan
    dengan kekuatan diri sendiri, tetapi dengan kebergantungan diri pada Sang
    Ilahi!
     



  • Memfokuskan hati
    pada Kristus. F
    okuskanlah hatimu hanya pada Kristus (Filipi 2:5; Roma 12:1 Filipi 2:4).



Jadi,
arahkanlah hati berfokus pada
Kristus yaitu melatih pikiran dan perasaan seperti Kristus, mempersembahkan
tubuh yang kudus seperti Kristus, merendahkan hati untuk melayani seperti
Kristus.  Maukah Saudara menjadi murid
Kristus?  Jika Saudara mau, mulailah dari
dalam hatimu?





#Ev. Kristian Kusumawardana


2 comments:

  1. tema ini dijadikan thesis oleh temanku di STTRII Jkt, sungguh cukup memberkati, aku jadi semakin merefleksi diriku lebih lagi dan mulai tertarik untuk membaca buku2 kontemplasi Henry Nouwen..relasi dengan Allah itu penting, apalagi klo berkaitan utk memperbaiki hati, thx nuel. Gbu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yuniar kenapa gk ambil tema serupa buat skripsi nanti?

      Delete

Thanks so much for taking the time to leave a comment :)

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

ShareThis