Satu hal yang sangat menarik ketika Yesus mengajar, Ia memakai hal-hal kecil yang sering kita jumpai di sekitar kita seperti uang logam, domba atau beberapa murid, sejumput garam, secercah cahaya. Yesus memiliki cara
mengambil apa yang tampak kecil dan tidak signifikan dan memanggil mereka untuk
mengubah dunia. Dengan tujuan agar para pendengarnya mudah memahami
apa yang Ia ajarkan.
Teks Matius
5:13 ada hal yang menarik dari ucapan Tuhan Yesus, jika kita perhatikan dalam
ayat ini tidak ada kata “harus/seharusnya” di sini. Tuhan Yesus tidak
mengatakan “Anda harus menjadi garam!” tetapi Tuhan Yesus hanya mengatakan
“Kamu adalah garam dunia” apa arti ucapan ini? Ini mengindikasikan identitas
kita sebagai umat Kerajaan Allah.
Kita adalah
garam dunia dan jika kita kehilangan
indentitas itu maka kita akan kehilangan kepengaruhan. Itulah mengapa Yesus
berkata: “Kamu adalah garam.” Yesus menggunakan metafora garam dan
terang untuk tanggung jawab kita di dunia ini.
Kristen bukan hanya berbeda tetapi memiliki pengaruh kepada masyarakat.
Melalui metafora garam ini kita belajar dua hal yang
terkorelasi dengan kehidupan kita sebagai seorang Kristen,
yaitu garam bersifat;
Sebagai Pengawet
Di Afrika Utara ada satu jenis makanan rakyat yang lezat
masyarakat di sana
menyebutnya Biltong semacam daging yang diiris tipis diasinkan lalu dikeringkan,
biltong bisa bertahan
sangat lama, bahkan zaman dulu makanan ini dibawa oleh pengembara, proses
pengawetan yang sangat baik sehingga pada biltong itu tidak perlu
dicantumkan tanggal kadaluarsanya.
Baik pada zaman Alkitab maupun zaman sekarang memang garam
merupakan bahan pengawet yang sangat baik. Garam akan mencegah daging dan ikan
dari kebusukan, dan makanan lainnya dapat diawetkan dalam air garam.
Orang Kristen yang hidupnya menunjukan kualitas hidup sebagai
orang yang diberkati akan memiliki pengaruh yang mengawetkan masyarakat
sekitarnya, yang bila dibiarkan akan menjadi rusak dan membusuk. Tanpa pengaruh
Injil pasti kehidupan masyarakat akan mengalami kerusakan moral dan akan
membusuk.
Satu hal yang penting kita ingat mustahil kita bisa menjadi
pengawet masyarakat jikalau Injil itu sendiri belum meresap dalam diri kita,
kita tidak mungkin bisa menjadi daya tahan dalam kemerosotan moral jikalau kita
merasakan pengaruh Injil dalam hidup kita.
Sebagai Perasa (bumbu)
Selain sebagai pengawet garam juga berfungsi sebagai perasa,
karena sifatnya yang dapat memunculkan rasa. Saudara membayangkan memakan
makanan yang tanpa garam, bagaimana rasanya? Pasti tawar, hambar tidak
menimbulkan daya tarik untuk memakannya bukan? Demikian halnya menjadi “bumbu”
masyarakat kehadiran kita sebagai umat Allah hendaknya dapat menambah cita rasa kehidupan
bukan sebaliknya. Misalnya melalui teladan dalam kehidupan kita
hendaknya kita terus menjaga integritas karakter kristiani kita. Pengaruh
meningkatkan dunia dan membawa sukacita hidup.
Dalam perkataan kita
hendaknya membawa rasa yang enak, Paulus mengatakan bahwa kata-kata kita,
seharusnya tidak hambar (Kol. 4:6). Ia menjelaskan dengan pasal pembanding
dalam Efesus 4:29 :”Janganlah ada
perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk
membangun, dimana perlu, supaya mereka mendengarnya, beroleh kasih karunia.”
Yang menarik, dalam konteks inilah Paulus mengajar kita untuk tidak mendukakan
Roh Kudus. Mengapa dalam konteks ini? Karena
perkataan yang keluar dari mulut bibir kita merupakan salah satu ukuran terbaik
bagi kondisi kerohanian kita!
Perkataan kita bisa mendatangkan bahaya seperti yang dipaparkan
oleh Yakobus, sehingga ada istilah karena
mulut badan binasa. Perkataan kitapun bisa mendatangkan berkat bagi orang
lain yakni menolong serta membanngun orang lain, membangkitkan semangat mereka yanng
sedang putus asa. Di atas segalanya perkataan kita merupakan alat untuk
memperkenalkan Yesus.
Beberapa
hari ini saya mengamati satu hal yang menarik buat saya, setiap subuh selain
bunyi kendaraan ada satu bunyi lagi yang akrab menyapa telingga saya yakni
suara sapu, seorang pekerja sedang menyapu membersihkan jalan. Hampir setiap
subuh ia sudah mulai bekerja membersihkan jalan. Sepertinya hal ini biasa,
tetapi ada satu hal yang menarik buat saya mungkin tanpa pekerja ini sendiri
dan orang lain sadari, sesungguhnya pekerjaannya sudah membawa pengaruh yang
baik dan bisa dirasakan banyak orang termasuk saya, mungkin tanpa dia jalan
akan kotor, tidak rapi dsb. Sebagian orang lain mungkin tidak menganggap malah
asyik membuang sampah. Saudara mungkin apa yang dilakukannya adalah perkara
kecil sekali tetapi satu hal yang perlu kita ketahui ia telah memberi rasa bagi
banyak orang, rasa nyaman, rasa indah, rasa rapi dan bersih.
Kehidupan
kitapun demikian, mungkin dunia menganggap kita tidak berarti namun harus kita
sadari seperti halnya garam tadi meskipun tampaknya remeh dan tak berharga ternyata
dapat memberi pengaruh pada lingkungan sekitar.
Bumi
membutuhkan garam, yang memiliki multiguna dan kitalah garam itu. Suatu hal kecil
seperti garam- itu yang Yesus ingin pengikutnya untuk berada di dunia, marilah
kita kembali hidup kita sebagai umat Allah hidup yang membawa pengaruh.