PENDAHULUAN
Tidak dipungkiri salah satu isu
kontroversi dalam eskatologi adalah Kedatangan Kristus Kedua kali. Para teolog
tidak selalu sepaham mengenai Kedatangan Kristus yang kedua kali ini. Masalahnya
terletak pada apakah peristiwa itu terjadi hanya satu tahap ataukah terjadi
atas dua tahap. Sementara beberapa pangajar Alkitab percaya bahwa pengangkatan
dan kedatangan kedua itu sendiri terjadi pada saat yang bersamaan, yang lain percaya
bahwa ada dua tahap atau fase yang berbeda dari kedatangan-Nya. Paul E. Little
berkata: “Banyak golongan Injili yang membedakan antara kedatangan Kristus
untuk menjemput orang-orang kudus-Nya pada saat “pengangkatan orang-orang
kudus” dan kedatangan-Nya bersama dengan orang-orang kudus-Nya untuk menyatakan
kuasa-Nya.”[1]
Teolog Louis Berkhof misalnya menolak anggapan bahwa kedatangan Yesus kedua
kali terjadi dalam dua fase, Berkhof menegaskan: “On the basis of Scripture it should be maintained that the second coming
of the Lord will be a single event.”[2]
Sebaliknya Henry Thiessen percaya bahwa kedatangan Kristus akan terjadi dalam
dua tahap.[3]
Ketidaksepahaman
ini tentunya secara otomatis akan mempengaruhi juga pandangan terhadap pengangkatan
orang-orang kudus. Berkenaan dengan hal di atas maka pada makalah ini penulis
akan memaparkan pandangan-pandangan mengenai pengangkatan orang-orang kudus,
berikut dengan beberapa catatan terhadap pandangan-pandangan tersebut.
PEMBAHASAN
Masalah utama yang selalu menjadi perdebatan
hangat perihal pengangkatan adalah kapan pengangkatan gereja akan terjadi
sebelum masa kesusahan, pertengahan masa kesusahan ataukah pasca masa
kesusahan. Banyak orang Kristen yang berbeda pendapat tentang hal ini. Tiga pandangan utama: Pratribulasi,
Midtribulasi, dan Pascatribulasi.
A. Pandangan
Pra-masa Kesusahan (Pretribulation)
Pandangan
yang pertama mengajarkan bahwa Kristus akan datang di udara, membangkitkan
orang-orang mati dalam Kristus dari zaman gereja (I Tes 4:16), dan mengangkat gereja-Nya
untuk bisa bersama dengan Dia sebelum masa kesusahan dimulai, sehingga
menyelamatkan mereka dari hari kemurkaan yang akan menimpa seluruh bumi.
Seperti yang dikatakan John F. Walvoord: “The
wrath of God will be poured out upon the world during the great tribulation.”[4] Paul
D. Feinberg menguraikan empat argumen alkitabiah untuk mendukung pandangan ini,
yakni pertama, the promise of
exemption from divine wrath, kedua,
the church is promised exemption not only from divine wrath but also from the
time of wrath; ketiga, the necessity
of an interval between the rapture of the church and second coming of Christ; terakhir, the differnces between rapture
passages and second cominng passages.[5] Dunia
kemudian akan berjalan melewati tujuh tahun masa kesusahan, lalu Kristus akan
menyelesaikan kedatangan-Nya dengan turun dalam kuasa dan kemuliaan besar ke
bumi untuk mendirikan kerajaan seribu tahun-Nya.
B. Pandangan
Pertengahan Masa Kesusahan (Midtribulation)
Pandangan
ini mengajarkan bahwa gereja akan masuk dan melalui paruh pertama masa
kesusahan atau tiga
setengah tahun pertama dari masa Tribulasi. Setelah tiga setengah tahun masa
Tribulasi Kristus akan datang di udara untuk mengangkat
gereja-Nya dan membangkitkan yang mati dalam Kristus (I Tes 4:16,17) dipertengahan
tujuh tahun itu, sebelum berlangsungnya masa kesusahan besar selama tiga
setengah tahun lagi. Kemudian Kristus datang dalam kemuliaan untuk menegakkan
kerajaan-Nya. Millard
Erickson mengatakan: “Midtribulationism teaches that the church will be present
on earth during, and thus will experience, a portion of the tribulation, but
then will be removed before the worst of tribulation.”[6]
Jadi menurut pandangan ini gereja diangkat di pertengahan masa Tribulasi.
C. Pandangan
Pasca Masa Kesusahan (Posttribulation)
Secara
umum pandangan ini mengajarkan bahwa gereja akan berjalan melewati keseluruhan
masa kesusahan. Seperti yang dikatakan Millard Erickson: “The first major feature of posttribulationism is of course that the
church will not be removed from the world prior to tribulation but will go
through it, enduring it by the grace and strength of God.”[7]
Lanjutnya Erickson menguraikan tiga prinsip utama posttribulationism; Pertama, the church’s presence in the
tribulation; kedua, the meeting “in
the air”; ketiga, the restrainer’s
removal.[8] Menurut pandangan ini banyak orang-orang kudus
akan mati sebagai martir, dan bahwa Tuhan akan membangkitkan orang-orang
percaya yang sudah mati sampai waktu itu dan mengangkat orang-orang kudus yang
masih hidup pada saat itu dengan mengangkat mereka ke arah-Nya ketika Dia
sendiri turun, dan kemudian menyelesaikan kedatangan-Nya ke bumi dalam kuasa
untuk mendirikan kerajaan-Nya.
Setelah
melihat setiap pandangan di atas maka sangatlah penting untuk mengenali tujuan
dari Tribulasi. Menurut Daniel 9:27 ada tujuh “masa” (7 tahun) yang masih akan
datang. Keseluruhan nubuat Daniel mengenai tujuh puluh masa (Daniel 9:20-27)
berbicara mengenai bangsa Israel. Ini adalah masa di mana Tuhan memusatkan
perhatianNya secara khusus pada Israel.[9] Ayat
Alkitab yang utama mengenai Pengangkatan orang percaya adalah 1 Tesalonika
4:13-18. Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa setiap orang percaya, bersama dengan
orang-orang percaya yang telah meninggal, akan bertemu dengan Tuhan di angkasa
dan akan bersama-sama dengan Dia selama-lamanya. Pengangkatan orang percaya
adalah Tuhan memindahkan umatNya dari bumi ini. Dalam 5:9 Paulus mengatakan,
“Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh
keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.”
Kitab
Wahyu yang secara utama berbicara mengenai masa Tribulasi adalah berita
nubuatan mengenai bagaimana Tuhan akan mencurahkan murkaNya atas bumi ini pada
saat Tribulasi. Adalah tidak konsisten untuk Tuhan menjanjikan orang-orang
percaya bahwa mereka tidak akan mengalami murka Tuhan namun membiarkan mereka
di bumi pada masa Tribulasi. Fakta bahwa Allah berjanji melepaskan orang-orang
Kristen dari murkaNya tidak lama setelah berjanji untuk menyingkirkan umatNya
dari bumi ini nampaknya menghubungkan kedua peristiwa ini. Feinberg
berkata:
All agree that
God has exempted the church from divine wrath. Thus, there is at least this
point of agreement, the belief that the true church is exempt from divine
wrath. However, before examining the Scripture texts that support this
principle. First, this exemption from wrath does not mean that the church will
never experience trial, persecution, or suffering, see John 16:33 Phil 1:27; 1
Thess 3:3; 1 Pet 4:12, 13. Second, the ground for the exemption is not that Jesus
Christ on the cross has borne our wrath so that we will not come into wrath.”[10]
Bagian Alkitab lain
yang krusial mengenai waktu dari Pengangkatan orang percaya adalah Wahyu 3:10.
Di sana Kristus berjanji melepaskan orang-orang percaya dari “hari pencobaan”
yang akan datang atas seluruh dunia. Ini dapat berarti Kristus berjanji untuk
memelihara orang-orang percaya dari masa pencobaan, yaitu Tribulasi. Thiessen
berkata:“ Janji dalam Wahyu 3:10 agaknya bukan saja bahwa Allah akan melindungi
orang-orang yang setia dari pencobaan, seakan-akan hendak menjadi perisai
mereka, tetapi bahwa Ia akan menyelamatkan mereka dari hari pencobaan itu.”[11]
Tujuan dari Tribulasi, tujuan dari Pengangkatan orang percaya, arti dari 1
Tesalonika 5:9, dan penafsiran Wahyu 3:10 semua memberi dukungan jelas pada
pandangan Pratribulasi. Jikalau Alkitab ditafsirkan secara harafiah dan
konsisten, pandangan Pratribulasi adalah pandangan yang paling konsisten dengan
Alkitab.
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat
disimpulkan pertama, fakta yang tidak dapat disangkal adalah bahwa
Kristus akan datang kembali. Kedua,
meskipun Alkitab jelas menunjukkan fakta bahwa Kristus akan datang kembali,
tetapi tidaklah sama jelasnya tentang apakah Kristus akan datang kembali untuk
gereja-Nya sebelum, di tengah atau pada akhir masa kesusahan. Sehingga untuk sampai pada pendirian terhadap
satu pandangan diperlukan konsistensi dalam menelaah Alkitab.
[3] Thiessen mengatakan: “Kita
mendapati bahwa Kristus akan datang di udara dan pada saat itu beberapa hal
akan terjadi di udara, kemudian kita melihat bahwa Ia akan datang di bumi dan
beberapa peristiwa akan terjadi di bumi.” Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika (Malang: Gandum Mas,
2008), 536.
[4] Walvoord dikutip oleh Paul
Feinberg. 51, Paul D, Feinberg, ed. Stanley N. Gundy Three Views on the Rapture (Grand Rapids: Zondervan Publishing,
1996), 51.
[6] Millard J. Erickson, Contemporary Options in Eschatology
(Grand Rapids: Baker Books House, 1988), 163.
[10] Paul D. Feinberg, ed. Stanley N.
Gundry, Three Views on the Rapture
(Grand Rapids: Zondervan Publishing, 1996), 50-52.
ulasan menarik
ReplyDelete