twitterfacebookgoogle plusrss feedemail
Life-ex photo banner-211_zps596e9fc0.jpg

Thursday, July 28, 2011

Home » » Kekudusan Umat Israel dan Hubungannya dengan Kehidupan Kita Masa Kini

Kekudusan Umat Israel dan Hubungannya dengan Kehidupan Kita Masa Kini
















PENDAHULUAN













         Ketika bangsa Israel hidup di tanah Mesir, mereka
mengenal kepercayaan orang-orang Mesir yang menyembah allah-allah lain. Mereka
berada di lingkungan yang tidak percaya kepada Allah. Sehingga setelah mereka
keluar dari tanah Mesir, kepercayaan itupun mempengaruhi sikap hidup mereka di
hadapan Allah, kehidupan mereka tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Itulah
sebabnya Allah memberi firman-Nya yang penuh dengan pernyataan, larangan dan
juga perintah. Allah menunjukkan bahwa Dia adalah Allah yang Esa yang patut
disembah, Dia Allah yang kudus yang penuh dengan keteraturan hidup yang kudus
serta yang menuntut kekudusan. Aturan, perintah dan tuntutan Tuhan tersebut
banyak terdapat di dalam kitab Imamat. Sehingga kitab Imamat dianggap sebagai
buku panduan pelaksanaan korban dan upacara pengudusan, serta panduan untuk
hidup kudus di hadapan Allah dengan satu alasan yaitu sebab Dia adalah Allah
yang kudus (19:2). Ayat tersebutlah yang menjadi kunci dan tema utama pada
kitab Imamat.













           Dalam kesempatan ini penulis akan membahas tentang
apa yang dimaksudkan dengan 'kudus', arti dikuduskan bagi Tuhan, pentingnya
kekudusan bagi bangsa Israel, serta hubungannya dengan masalah kehidupan
(etika, perbuatan, perkataan, isi hati, serta kasih). Satu harapan penulis
dalam tulisan ini yaitu supaya apa yang pernah diajarkan oleh Allah dulu kepada
bangsa Israel bisa menjadi pelajaran juga bagi setiap umat Kristen khususnya
pada masa sekarang.















PEMBAHASAN













          Kekudusan adalah tema utama dalam kitab Imamat.
Tema ini dijabarkan dengan berbagai peraturan yang mengatur tiga aspek
kehidupan umat, yaitu kehidupan ibadah, hal-hal yang berkaitan dengan
ketahiran/kenajisan, dan kehidupan sehari-hari. Ketiga aspek ini  mau menjelaskan kehidupan umat yang berpusat
pada ibadah. Ibadah yang kudus hanya bisa dilakukan oleh umat yang menjaga
kehidupan sehari-harinya kudus. Sedangkan aturan ketahiran/kenajisan terletak
di antara kedua aspek kehidupan itu. Umat Tuhan bukan hanya harus hidup kudus
sehari-hari, tetapi juga dituntut bersih secara fisik sehingga umat layak
mendekat pada Tuhan saat ibadah dalam kemah suci.













             Banyak orang Kristen yang mengartikan kekudusan
itu bersih tanpa dosa. Jika demikian berarti hanya satu yang tidak berdosa
yaitu Tuhan Yesus. Kudus adalah segala sesuatu yang dikhususkan dari kebiasaan
atau hal-hal yang di duniawi[1]. Jika demikian kekudusan tentunya bisa dikejar
oleh setiap orang. Dalam mencapai kekudusan, di satu sisi manusia harus aktif
dan sisi lain manusia pasif sedangkan yang aktif adalah Allah, seperti yang
dikatakan oleh Rasul Paulus di dalam II Tim 2:21 (manusia menyucikan diri,
namun ia juga dikuduskan). Jadi, yang pertama adalah manusia itu sendiri
berusaha untuk menyucikan dirinya sendiri, dan inilah yang dituntut oleh Allah
dalam Imamat, sedangkan yang kedua adalah dikuduskan, artinya bukan manusia
yang menguduskan dirinya sendiri seperti ungkapan Stephen Tong yang mengatakan,
”Manusia (orang Kristen khususnya) dapat dikatakan kudus secara status setelah
Allah menguduskannya.”[2] Oleh sebab itu, kekudusan tidak terlepas dari
perbuatan Tuhan.













1.   
Pengertian Kudus dan dikuduskan bagi Tuhan




















Pengertian Kudus













           Kata kudus dalam bahasa Ibrani adalah qadosy yang
artinya dipisahkan atau dikhususkan. Makna dasar adalah: ’menyendirikan’, dan
’cemerlang’. Harun Hadiwijono mendefinisikan kata kudus dengan singkat, dia
mengatakan, “Kata kudus berasal dari pokok kata Ibrani yang berarti:
memisahkan.[3] Yacob Milgrom juga mendefinisikan kata kudus ini hampir sama
dengan definisi tersebut di atas akan tetapi dia memberikan satu pernyataan
yang penting dalam definisinya tersebut. Yacob Milgrom mengatakan  bahwa kata kudus tidak hanya diartikan
sebagai ‘dipisahkan dari’ tetapi ‘dipisahkan ke’ (Holiness means not only
‘separation from’ but ‘separation to’). 
Ini merupakan sebuah inspirasi dan tujuan serta keinginan Allah terhadap
manusia.[4] Jadi definisi kata ‘kudus’ tersebut mengarah pada status bangsa
Israel yang dipisahkan, yang dikhususkan bagi Tuhan serta statusnya yang
berbeda dengan bangsa-bangsa yang lain.













         Akan tetapi, pengertian Alkitab tentang kekudusan
tersebut tidak terbatas pada pengkhususan dan pemisahan (bicara status),
malainkan bicara mengenai moral dan perilaku manusia juga. Benar bahwa
penggunaan kata kudus dalam Im 19:2, “Aku (Allah) adalah kudus menerangkan bahwa
status Allah adalah terpisah, namun dalam statusnya yang terpisah tersebut
terlihat juga moral Allah yang adalah kudus. Allah bersifat rohani dan manusia
bersifat jasmani, Allah terpisah (terlepas) dari dosa sedangkan manusia
berdosa. Oleh sebab itu, kesempurnaan Allah secara moral menjadi bagian dari
konsep kekudusan-Nya dan menjadi tuntutan-Nya bagi umat pilihan-Nya agar hidup
kudus di hadapan-Nya. Sehingga pengertian daripada kata ‘kudus’ tidak hanya
menunjukkan status melainkan  moral
seseorang juga.













          Sesuai dengan pengertian tersebut di atas, maka
arti daripada ‘dikuduskan bagi Tuhan’ yaitu hidup dipisahkan dari cara dunia
dan dipisahkan kepada cara Allah. Hidup kudus menuntut pemisahan dari dunia
untuk dipersatukan kepada Allah. Sehingga oleh karena bangsa Israel merupakan
umat pilihan Allah maka selayaknya hidup mereka dikhususkan/dipisahkan untuk
Tuhan, cara hidup mereka mengikuti cara Allah sebagai bentuk pemeliharaan
hubungan Israel sebagai umat yang terpilih dan juga sebagai bentuk peresekutuan
yang utuh dan benar antara Israel dengan Allah. sehingga mereka terlihat pisah
dan berbeda dengan yang lain.













2.     
Pentingnya kekudusan bagi bangsa Israel




















a.     
Menyatakan kekudusan Allah













             Tuntutan Allah agar bangsa Israel menjadi kudus
merupakan tuntutan yang sangat penting dan berguna. Allah menyampaikan
tuntutan-Nya kepada bangsa Israel tersebut dengan sebuah alasan yang tepat
yaitu karena status-Nya yang kudus. Bangsa Israel dituntut untuk hidup kudus
sebagaimana Allah adalah kudus dengan tujuan supaya kemuliaan-Nya dan
kekudusan-Nya menjadi nyata melalui umat pilihan-Nya tersebut (Im 10:3).
Seperti pandangan yang tertulis di dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini,













         “Para nabi menyatakan bahwa Allah menghendaki
untuk mengkomunikasikan kekudusan-Nya kepada makhluk ciptaan-Nya, dan
sebaliknya Dia menuntut kesucian dari mereka. ‘Apabila Aku ini kudus adanya’,
demikianlah pernyataan Allah sendiri yang mengangkat hakikat diri-Nya
mengungguli makhluk ciptaan-Nya, demikianlah ‘hendaknya kamu kudus’ adalah
seruan Allah bagi makhluk cipataan-Nya, supaya mereka dapat menjadi orang yang
mengambil bagian dalam kekudusan-Nya (Ibrani 12:10).”[5]













           Dalam Im 19: 2, Tuhan menghendaki supaya umat-Nya
meniru kekudusan-Nya, dan memang inilah yang menjadi tujuan hidup umat Tuhan
setelah menerima keselamatan dari Tuhan yang Kudus yaitu menjadi kudus di
hadapan Tuhan, seperti yang dikatakan oleh Gordon J. Wenham bahwa Rakyat Israel
ada untuk meniru Allah yang adalah kudus. Dengan demikian kemuliaan Allah
menjadi nyata.[6] Menurut Groenen, “Kekudusan Allah harus nyata dalam tata
hidup segenap umat-Nya, baik para imam maupun rakyat pada umumnya.”[7]  Itulah yang menjadi tugas setiap umat Allah.
Sehingga, ketika umat Tuhan mampu hidup kudus di hadapan Tuhan, maka kekudusan
Allah menjadi terwujud. Dan sebagai landasan dalam mencapai kekudusan itu
adalah kekudusan Allah yang dianugerahkan-Nya kepada setiap orang yang percaya,
tanpa anugerah Allah maka tidak ada seorangpun yang telah kudus adanya selain
Allah. Sebab tidak ada seorang pun yang kudus di dunia ini sebelum  Tuhan menguduskannya.













b.     
Membedakan umat Allah dengan yang bukan umat Allah













        Kekudusan
bagi Tuhan juga penting untuk membedakan yang mana umat Allah dan mana yang
bukan umat Allah, yang mana pengikut Tuhan dan yang bukan pengikut Tuhan. Sikap
moral manusia menunjukkan siapakah dirinya, dan bagaimana hubungan-Nya dengan
Allah. Kekudusan dalam pikiran, perkataan dan perbuatan inilah yang membedakan
umat Allah dengan yang bukan umat Allah. Sebab umat dituntut untuk tidak serupa
dengan dunia ini dalam hal moral (Roma 12:2). Jadi dengan hidup kudus maka umat
Allah berbeda dengan orang yang bukan umat Allah.













c.      
Menjaga hubungan yang utuh (antara bangsa Israel ‘sebagai umat pilihan’
dengan Allah)













          Sebagaimana hakikat Allah yang ‘kudus’ atau
‘terpisah’ seperti yang diungkapkan oleh Harun Hadiwijono bahwa di dalam segala
Firman dan karya-Nya di dalam sejarah itulah tampak bahwa Tuhan Allah
benar-benar tidak dapat bersekutu dengan dosa, bahwa Ia benar-benar terpisah
dari dosa, bahwa Ia benar-benar kudus[8] demikian bangsa Israel harus menjaga
kekudusannya di hadapan Tuhan, sebab hanya dengan hidup kudus Allah berkenan
dan mau bersekutu dengan manusia. Oleh karena Allah tidak dapat bersatu dengan
dosa maka Allah juga tidak dapat bersatu dan bersekutu dengan umat yang berdosa
(yang  tidak kudus).













Sesuai dengan tujuan Allah dalam memilih bangsa
Israel yakni untuk menjadikannya sebagai 
umat kesayangan-Nya, untuk dijadikan sebagai  saluran berkat bagi bangsa-bangsa yang lain,
maka tujuan Allah dalam menuntut bangsa Israel untuk hidup kudus pun berkaitan
dengan tujuan pemilihan tersebut. Seperti yang disampaikan oleh  Christoph Barth yang mengatakan, “













          Oleh karena Allah adalah kudus, maka Ia pun ingin
agar umat-Nya menjadi kudus. Dengan menebus bangsa Israel dari Mesir dan dengan
mengikat perjanjian di Sinai, Allah menjadikan Israel milik kesayangan (Kel
19:5). Allah memilih umat-Nya demi tujuan yang jelas, yakni hendak
menjadikannya kerajaan imam, pengantar berkat kaum kepada segala kaum di muka
bumi (Kej 12:3). Untuk menjalankan tugas panggilan itu, umat diberikan petunjuk
dalam bentuk torah, hukum, peraturan, dan sebagainya. Seluruh hukum tersebut
mengarahkan umat pada kekudusan agar dengan nyata ia hidup sebagai milik
Tuhan.[9]













         Bangsa Israel dituntut untuk kudus supaya sebagai
bangsa pilihan dan bangsa pengantar berkat bagi bangsa lain mereka sekaligus
dapat menjadi teladan bagi bangsa lain tersebut. Allah ingin supaya perantara
bagi bangsa lain adalah orang-orang kudus, dan Allah menunjukkan bahwa Dia
hanya mau bekerja sama dan bersekutu dengan orang-orang kudus di hadapan-Nya.













3.      Apa
ada hubungannya dengan masalah kehidupan?













         Perlu diakui bahwa tuntutan untuk hidup kudus
diberikan kepada bangsa Israel berapa ribu tahun yang lalu. Walaupun demikian,
namun tuntutan tersebut masih berlaku bagi setiap umat Allah pada zaman
sekarang. Tuntutan untuk hidup kudus tidak berbeda dengan perintah atau pun
peraturan-peraturan atau hukum Taurat yang diberikan dulu kepada bangsa Israel,
masih tetap berlaku bagi umat Allah pada masa ini. Misalnya dalam Imamat pasal
19 Allah memberi The commands to reverence mother and father (v. 3), to avoid
idols (v. 4), and not to steal, deal falsely, or lie (v. 11) are all applicable
to us.perintah untuk menghormati ibu dan ayah (ay. 3), untuk menghindari
berhala (ay. 4), dan bukan untuk mencuri, menghadapi palsu, atau berbohong (ay.
11) semuanya berlaku bagi kita.













a.      
Etika dalam kekudusan













Menurut Wismoady Wahono, “Kumpulan Imamat,
sebagaimana ditulis oleh para Priester (kaum imam) atau dikenal dengan sumber
P, menjadi semacam penuntun dan panduan orang Israel atas apa yang harus dan
akan harus dilakukan mereka sebagai umat Allah. Hal ini berarti bahwa kekudusan
berkaitan erat dan (lebih) menitikberatkan pada etika Kristen.”[10]













          Kekudusan dinyatakan di dalam integritas moral,
dan etika dalam kehidupan. Ketika Allah menyuruh Musa untuk berbicara kepada
bangsa Israel supaya mereka menjadi kudus, Allah tidak hanya sekedar memberi
perintah tersebut. Allah tidak hanya menuntut umat-Nya supaya hidup kudus tanpa
memberikan cara untuk mencapai kekudusan tersebut. Namun, masing-masing umat
mempunyai kebebasan dalam memutuskan apakah menuruti atau tidak menuruti
kehendak atau perintah Tuhan tersebut.













b.     
Kekudusan dalam perbuatan













        Wujud daripada kekudusan yang dimaksud oleh Tuhan
dalam kitab Imamat dapat terlihat di dalam perbuatan manusia. Seseorang tidak
dapat dikatakan kudus apabila perbuatannya tidak menunjukkan hal kekudusan.
Seperti halnya dengan iman, seseorang tidak dapat dikatakan beriman apabila
tidak dibuktikan dengan perbuatan-perbuatannya (Yak 2:14, 18) demikian juga
dengan tuntutan Allah kepada bangsa Israel. Mereka dapat membuktikan bahwa
mereka telah hidup kudus melalui perbuatan-perbuatan mereka di hadapan Allah
dan juga di hadapan manusia. Kekudusan bangsa Israel nampak dari tindakan
mereka dalam kehidupan mereka sehari-hari, baik dalam tindakan terhadap orang
tua (Im 19:2), tindakan dalam ibadah, dalam mempersembahkan korban (Im 22),
dalam perkawinan (Im 18) dan lain sebagainya.













c.      
Kekudusan dalam perkataan













Kekudusan tidak hanya dapat diwujudkan dalam
perbuatan namun lewat perkataan juga. Di dalam Im 19:11,12, 14 Allah memberi
peraturan kepada umat-Nya dalam masalah perkataan. Allah melarang untuk berkata
bohong, berdusta dan untuk mengutuk orang serta untuk memfitnah.  Allah tidak mengizinkan penggunaan perkataan
secara sembarang.  Lidah yang membentuk
perkataan harus dikekang seperti firman Tuhan di dalam Yak 3:2.













d.      
Kekudusan di dalam hati













         Meskipun sesama hanya bisa melihat bentuk
kekudusan seseorang melalui perbuatan dan perkataan namun, Allah yang adalah
mahatahu juga melihat kekudusan hati setiap umat-Nya. Sesama manusia hanya bisa
melihat kekudusan hati seseorang apabila telah diwujudkan dalam bentuk
perkataan dan perbuatan.













        Tuhan tidak hanya meminta umat-Nya untuk
menguduskan perbuatan dan perkataan saja melainkan seluruh hidup. Itulah
sebabnya dalam Im 19:16-18 membahas kekudusan dalam hati. Di dalam ayat 16
terdapat larangan supaya tidak menyebarkan fitnah dan jangan mengancam hidup
sesama manusia. Di dalam ayat 17 terdapat larangan untuk tidak membenci saudara
di dalam hati, dan di dalam ayat 18 ada larangan supaya tidak menuntut balasan,
tidak menaruh dendam, melainkan harus mengasihi sesama. Firman Tuhan dalam
ayat-ayat ini sungguuh merupakan Firman yang menyatakan bahwa Allah itu mahatau
dan berdaulat, mampu mengatur seluruh kehidupan manusia baik yang dinyatakan
maupun yang tidak dinyatakan lewat perbuatan dan perkataan. Hal ini juga diakui
oleh seorang theolog yang bernama Roy Gane, ia mengatakan,











          “Remarkably, this law controls an internal
attitude that is 'in your heart.' no human legislative body would    dream of
formulating such a decree because not even the FBI, with the latest
surveillance technology, can enforce. the lord can hold people responsible to
love rather than hate or covet because his perception penetrates human  thought.”[11] (Sesungguhnya, hukum ini
mengatur sikap internal yang 'dalam hatimu. "Tidak ada badan legislatif
manusia bermimpi untuk merumuskan keputusan tersebut bahkan FBI, dengan
teknologi pengawasan terbaru, bisa menegakkan. Tuhan bisa menerima orang yang
bertanggung jawab untuk mencintai daripada membenci atau mengingini karena
persepsi-Nya menembus pemikiran manusia).














Dari hukum Tuhan ini dapat dikatakan bahwa Allah
sungguh-sungguh kudus dan tidak mau bercampur dengan kecemaran. Dia juga
melihat dan menilai hati manusia di hadapan-Nya serta Dia berkuasa untuk
mengatur isi hati manusia.













e.      
Kekudusan dalam kasih













         Imamat 19;17-18 menuntut untuk hidup penuh
kedamaian oleh karena kasih. Allah menghendaki agar kesucian-Nya ditunjukkan
oleh umat-Nya ketika mereka mengasihi sesama mereka.It is not that holiness is
manifested only by one's loving one's neighbor, but it is here emphasized that
holiness must include an active love for one's neighbor. Di sini menekankan
kesucian yang harus menyertakan cinta kasih yang aktif untuk sesama. Thus, just
as God's holiness is seen in His love for Israel in the Old Testament, and for
the world in its weakness and need in the New, so God's people must demonstrate
God's holiness as they show love for their neighbors, especially those in need.
Dengan demikian, sama seperti kekudusan Allah terlihat dalam kasih-Nya bagi
Israel dalam Perjanjian Lama, dan bagi dunia. Jadi umat Tuhan harus menunjukkan
kekudusan Allah saat mereka menunjukkan cinta untuk sesama mereka, terutama
mereka yang membutuhkan .













Kesimpulan













       Mengejar kekudusan bukan suatu pilihan melainkan
sesuatu hal yang harus dikerjakan dan butuh pengorbanan. Allah menuntut
umat-Nya untuk kudus sebab Dia kudus. Maksud dari tuntutan Allah ini adalah
supaya kekudusan-Nya boleh diwujudnyatakan dalam kehidupan umat-Nya, supaya
hubungan-Nya dengan umat-Nya selalu terjaga, supaya bangsa Israel menjadi
teladan bagi bangsa yang lain. Kekudusan tersebut dapat dinyatakan lewat cara
hidup sehari-hari, di dalam kehidupan beretika, perbuatan, perkataan, isi hati
dan juga di dalam kasih terhadap sesama. Dan tuntutan kekudusan bagi bangsa
Israel ini merupakan tuntutan juga bagi umat Tuhan pada masa kini.(DW)




















[1] Browning, W.R.F, Kamus Alkitab, (Jakata:
Gunung Mulia, 2007), hal 230.






[2] Stephen Tong, Pengudusan Emosi, (Surabaya:
Momentum, 2007), hal. 5.






[3] Harun Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1997), hal 91






[4] Jacob Milgrom, Leviticus 1-16, A New
Translation with Introduction and Commentary, (New York: The Anchor
Bible,1991), 731.






[5] R.A Finlayson, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini
A-L, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1992), 617.






[6] Gordon J. Wenham, The New International
Commentary on the OT- The Book of Leviticus (William Eermans Publishing
Company, Grand Rapids, Michigan), 264.






[7] Ofm. C. Groenen, Pengantar Ke Dalam Perjanjian
Lama (Yogyakarta: Kanisius, 1980), hal 107.






[8] Harun Hadiwijono, Iman Kristen,  hal 91.






[9] Christoph barth, Marie-Claire Barth, Frommel,
Teologi Perjanjian Lama 1, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), hal  334.






[10] Wismoady Wahono, Di Sini Kutemukan-Petunjuk
mempelajari dan mengajarkan Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998)










[11] Roy Gane, The New Application
Commentary-Leviticus, Numbers, (Grand Rapids, Michigan Usa: Zondervan, 2004),
337.

18 comments:

  1. I write a leave a response when I especially enjoy a
    post on a site or I have something to add to the conversation.
    Usually it's a result of the sincerness communicated in the article I browsed. And after this post "Kekudusan Umat Israel dan Hubungannya dengan Kehidupan Kita Masa Kini". I was actually moved enough to post a comment :) I actually do have a couple of questions for you if you don't mind.
    Is it just me or does it look like like some of the
    comments look as if they are coming from brain dead people?
    :-P And, if you are posting on additional places, I would like
    to follow you. Could you list all of all your communal sites like
    your linkedin profile, Facebook page or twitter feed?


    Check out my website; Clifford Detillier

    ReplyDelete
  2. Cancer of the lung may also be acquired, along with asbestos jobsis.
    Then you would want much of the warmness on
    the base. These are the basic popular crusting hairstyles, despite the fact
    that stable pace . area differences in the uk.
    Might quite find hard-cash when it comes to gift certificate?


    Have a look at my page :: Maribel Lormand

    ReplyDelete
  3. Which you find in pick out within the great diversity of body
    hair polymer-bonded a complete no-brainer sports.
    Either of them that panner or some other personnel successfully assess, by visiting hours, these jawbreakers to
    ensure that there are not any problems in the shape of a person's treat. Initial therapy lights opt to interior gets wind of with flue toxins. Within the enormous preparing dish, dissolve 1 envelope pointing to eradicate additionally 5 tsp . your sugar intake in the 1/2 drink water. Companies definitely attracting concentration every single time people see all of them in an individual's property.
    The best thing for use in your newly purchased area sincerely take into consideration could get placed you have obtained.


    Check out my weblog; Odell Yagoda

    ReplyDelete
  4. Some sort of microwave helps help you save all the nutritional requirements not
    to mention preparing. Any of us typical this key fact work outs till the signs seemed somewhat
    cool was made up of n't any wide particles goods. If you want to be ready biscuits no problem currently the toaster would probably preheat - Three hundred fifty concentrations within three main short minutes.

    Have a look at my blog :: 24 inch electric wall oven microwave combination

    ReplyDelete
  5. Artikel yang sangat bagus dan bermanfaat. Jika ada waktu mungkin anda bisa berkunjung ke halaman saya
    SBOBET88 MOBILE

    ReplyDelete
  6. Kunjungi Situs Gaming Online dengan deposit termurah, proses tercepat dan penarikan tanpa batas maksimal, Daftar Sekarang disini:

    SCR888 Indonesia
    Download SCR888 Mobile
    Slot Online 918Kiss
    Agen 918Kiss Indonesia

    ReplyDelete

Thanks so much for taking the time to leave a comment :)

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

ShareThis