Delapan
puluh empat tahun silam, ikrar Sumpah Pemuda digemakan secara kolektif oleh
kelompok-kelompok pemuda bersemangat baja di berbagai daerah di Indonesia. Mereka
berkumpul demi satu tekad melepaskan Indonesia dari belenggu penjajahan bangsa
Asing.
Rumusan
satu tumpah darah, satu bangsa, dan menjunjung tinggi bahasa Indonesia menjadi
prasasti sekaligus tonggak kebangkitan pergerakan nasional melawan penjajah. Itulah
sejarah yang mewarnai perjalanan bangsa Indonesia.
Salah
satu tujuan dari adanya sebuah peringatan adalah mengingat kembali
rentetan-rentetan sejarah yang bisa saja acap kali luput dari ingatan. Akan tetapi,
peringatan tak berhenti pada sebuah nostalgia dan pelengkap pengetahuan belaka.
Momentum penting itu hendaknya senantiasa dimanifestasikan dalam wujud nyata yang
kontekstual.
Memang
kini Indonesia secara fisik tidak lagi terjajah oleh bangsa lain. Namun sebenarnya
Indonesia masih ‘terjajah’ dalam bentuk lain; Ekonomi, Sosial dan Budaya.
Dahulu bangsa Indonesia pernah berwibawa dan mandiri, Indonesia kini
bergelimang produk impor. Bukan hanya impor barang, melainkan juga impor
pemikiran dan budaya. Lihat saja di bidang pemikiran, intelektual muda lebih
merasa gagah bila mengutip kearifan tokoh bangsa lain ketimbang mengutip
kearifan tokoh nasional seperti Bung Karno, Bung Hatta, Gus Dur dan banyak
tokoh lagi yang pemikirannya sudah diakui di dunia Internasional.
Sementara
itu, dari sisi kebudayaan, arus pop impor semakin memudarkan kecintaan
pemuda-pemudi Indonesia melestarikan warisan budaya nasional. Padahal tidak
sedikit orang asing yang justru kemudian mempelajari dan membawa warisan budaya
leluhur ke pentas Internasional.
Keberhasilan
sebuah bangsa sangat ditentukan oleh keberhasilan pemuda-pemudinya dalam
berkiprah dibidang keahliannya masing-masing. Negeri ini sesungguhnya dilimpahi
tunas-tunas bangsa yang punya potensi besar membawa kejayaan bangsa di pentas
dunia.
Maka
itu semangat pemuda sebagai agen perubahan dan pergerakan nasional tidak boleh
padam. Indonesia masih menantikan gebrakan-gebrakan dari si pantang menyerah,
si pekerja keras, dan si cerdas itu.
Generasi
Muda Indonesia harus mampu menjawab tantangan krisis multidimensi ini dengan
tangan dingin, pemikiran yang lugas namun aplikatif serta ketelandanan hidup
yang bercitra baik. Berkarya secara maksimal sesuai dengan bidang kemampuannya.
Niscaya Republik ini akan cepat bangit dan melesat sejajar dengan bangsa-bangsa
lain.
:D
ReplyDelete